Menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri, berburu baju lebaran telah menjadi tradisi yang tidak dapat dilewatkan oleh sebagian besar warga.
Bahkan meski di tengah pandemi Covid 19, pusat perbelanjaan dan juga pasar tradisional kerap dipadati oleh pengujung.
Belum lama ini, tepatnya hari Minggu lalu (2/5), Pasar Tanah Abang yang merupakan pasar terbesar di Asia Tenggara diserbu oleh setidaknya 100 ribu pengunjung. Bahkan, terlihat beberapa pedagang dan pembeli tidak menggunakan masker.
Lantas, bagaimana menganggapi fenomena euforia beli baju lebaran di tengah pandemi saat ini?
Hal tersebut yang jadi topik diskusi dalam program Kata Netizen yang ditayangkan pada Kamis (6/5) di Kompas TV.
Untuk membahas lebih jauh soal itu, program Kata Netizen KompasTV menghadirkan narasumber Mohammad Ramdhan Pomanto (Wali Kota Makassar), Husein Ja'far Al-Hadar (Pendakwah dan Penulis), dan Ani Berta (Kompasianer/Blogger).
Memakai pakaian terbaik memang dianjurkan saat hari raya tiba, namun pakaian terbaik tidak selalu pakaian baru.
"Idul Fitri itu esensi utamanya bukan baju baru, tapi keimanan yang baru. Jadi, memang disunahkan di Idul Fitri menggunakan pakaian yang rapih dan wangi. Kalau bisa pakaian terbaik, tapi pakaian terbaik itu tidak musti yang baru," ujar Husein Ja'far Al-Hadar.
Dan kalau pun warga tetap ingin membeli dan memakai pakaian baru, warga diharapkan melakukannya secara online. Selain itu, yang perlu diperhatikan ialah sikap untuk menjaga agar semua orang tetap sehat.
"Jangan sampai baju baru telah disiapkan di rumah, kemudian diri kita tidak sehat saat Idul Fitri," lanjutnya.
Sementara itu, Ani Berta menambahkan juga bahwa culture warga Indonesia ialah suka bersosialisasi. Apalagi sebelum adanya pandemi, pergi membeli pakaian baru merupakan salah satu tradisi yang tidak dapat lepas dari perayaan Idul Fitri itu sendiri.
"Kenangan masa kecil pergi bersama orangtua di pasar melihat barang--barang yang ingin dibeli tentu tidak dapat dipungkiri meningkatkan euforia tersebut", ungkapnya.
Ani Berta pun menambahkan bahwa euforia ini juga terjadi karena warga belum memahami vaksinasi sepenuhnya dengan baik, bahkan beberapa warga kerap menyepelekan prokes meski telah divaksin.
Euforia membludaknya pengunjung yang ingin membeli pakaian tanpa mentaati protokol kesehatan tentunya tidak hanya terjadi di pasar Tanah Abang saja, namun juga sempat terjadi di salah satu pusat perbelanjaan di Makassar.
Akibat kejadian tersebut, Mohammad Ramdhan Pomanto selaku wali kota Makassar menegur keras pengelola mall dan juga pemilik tenan.
"Saya tidak segan-segan menutup mall apabila tidak menjalankan protokol kesehatan. Memang kita membutuhkan perekonomian bangkit, tapi tetap jaga protokol kesehatan yang paling penting," ujar Ramdhan Pomanto .
Adapun ragam upaya yang dilakukan dalam menangani pengunjung, Mohammad Ramdhan Pomanto menginstuksikan penjagaan yang ketat di pintu masuk dan juga sub monitoring lewat HP yang dikirim setiap per 1 jam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H