Kepada kaum perempuan, tulis Kompasianer Rini SDT, sebagai seseorang yang menjadi tumpuan harapan, untuk merajut batas tepian bentangan pendidikan.
Baik dengan logika atau perasaan, seorang ibu diharapkan mempunyai perasaan tentang batasan-batasan pendidikan perempuan.
Sejak kecil, bacaan apa yang sebaiknya tersaji. Bicara dari hati ke hati, dalam pemilihan jodoh untuk putrinya.
Lika-liku pendidikan yang bagaimana yang dipilih sebaiknya dikembangkan oleh putrinya.
"Agar tiada ada kesedihan-kekecewaan-korban, baik bagi diri sendiri, keluarga atau negara. Saat perempuan menikmati pendidikan yang terbentang luas dan menyatakan: saatnya memikirkan kesuksesan," tulis Kompasianer Rini SDT. (Baca selengkapnya)
3. Ini Cara Saya Mendidik Anak Perempuan
Sebelum dikaruniai 2 anak perempuan, Kompasianer Trian Ferianto sudah terlebih dulu belajar hingga sekarang untuk tahu bagaimana mesti mendidiknya ke depan.
Jadi, sebagai orangtua terus menuntutnya untuk terus belajar seperti berdiskusi, menghadiri pertemuan, mendengar, dan membaca.
Ada 3 hal yang bisa dipelajari dalam mendidik, yaitu akal, rasa, dan karsa.
"Ketiganya adalah elemen yang saling terkait dan tak bisa dipisah. Olah akal, olah rasa, dan olah karsa menopang satu sama lain," tulis Kompasianer Trian Ferianto. (Baca selengkapnya)
4. Mampukah Kita Menciptakan Dunia Pendidikan yang Aman dari Kekerasan Seksual?
Lembar Fakta Komnas Perempuan yang ditulis pada Oktober 2020 menyatakan bahwa pada periode 2015 hingga Agustus 2020 ada 51 kasus kekerasan seksual terjadi di institusi pendidikan.
Sebagaimana yang ditulis Kompasianer Luna Septalisa, bahwa ampus menempati urutan tertinggi sebagai institusi pendidikan yang paling banyak terjadi kekerasan seksual, yaitu sebesar 27 persen.