Dari banyaknya tokoh publik dan influencer yang membicarakan tentang saham, kini orang-orang sudah mulai mencoba melakan investasi saham --walau kecil-kecilan.
Sayangnya, investasi saham yang dilakukan masih banyak yang asal hingga mengikuti mentah-mentah saran dari tokoh publik dan influencer sehingga tidak paham akan risiko yang terjadi.
Karena dari banyak yang ditampilkan itu sekadar memberi fantasi keuntungan besar.
Nah, inilah yang mesti disadari: investasi di pasar modal menjadi pilihan yang bisa memberi keuntungan besar, akan tetapi berbanding lurus dengan risikonya yang juga besar.. Investor mesti cermat membidik emiten yang akan dibeli sahamnya.
Selain konten seputar investasi saham, masih ada konten terpopuler dan menarik lainnya di Kompasiana pada rubrik "Ekonomi", di antaranya:
1. Inilah 3 Cara "Meningkatkan" Keberuntungan dalam Berinvestasi Saham
Keberuntungan Pemula, barangkali, isitilah yang tepat menurut Kompasianer Adica Wirawan untuk investor yang memperoleh "cuan" yang besar saat membeli saham untuk pertama kalinya.
Keberuntungan semacam itu, tulisnya, memang sangat mungkin terjadi meskipun investor yang bersangkutan barangkali memilih saham tadi dengan hanya mengandalkan naluri.
Namun, ada yang perlu diketahui, tidak semua orang bisa seperti itu. Tidak banyak yang "beruntung" pada investasi pertama.
"Sebab, berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, kalau saham komoditas yang kita beli harganya sudah jatuh lebih dari 40%, maka akan butuh waktu yang sangat lama agar harganya bisa naik kembali," tulis Kompasianer Adica Wirawan, menyontohkan. (Baca selengkapnya)
2. Gegara Corona Kredit Merana
Tidak ada yang tidak terdampak dari Pandemi Corona ini. Kompasianer Andry Natawijaya mencatat, sejak tahun lalu perbankan selaku lembaga intermediasi keuangan menghadapi realita sulit.
"Ketika perekonomian menukik terjun bebas, aspek finansial otomatis terseret menjadi seret," lanjutnya.
Merosotnya gairah usaha dampak pandemi Corona berhubungan langsung terhadap perekonomian plus juga perkreditan.
Layaknya bom waktu, Kompasianer Andry Natawijaya menegaskan, persoalan kredit bermasalah bisa meledak jumlahnya seusai masa relaksasi berlalu. (Baca selengkapnya)
3. "The Game Changer" Itu adalah Covid-19
Aktivitas ekonomi global atau domestik tentu dengan adanya pandemi ini telah menghambat ruang gerak untuk melaksanakan kegiatan ekonomi yang telah ada.
Tentu saja dalam Bidang Ekonomi akan memberikan dampak melambatnya indeks pertumbuhan serta tidak tercapainya target yang telah ditetapkan oleh setiap negara.
"Bahkan kecenderungan adanya penurunan indeks konsumtif masyarakat Indonesia yang tentunya akan membuat kurang sehatnya aktivitas ekonomi yang disebabkan oleh belum pastinya kapan pandemi akan berakhir," tulis Kompasianer Little Chopper. (Baca selengkapnya)
4. Pariwisata Sumbar dengan Manajemen Garobak Padati
Mengapa Mentawai kurang begitu terkenal daripada Nias? Padahal, tulis Kompasianer Erkata Yandri, banyak turis mancanegara dari Eropa dan Australia, bela-belain datang khusus ke Mentawai.
Oleh karena itu, menurut Kompasianer Erkata Yandri, dengan potensi alam dan budaya luar biasa yang dimilikinya, mengapa wisata Sumbar belum bisa sehebat wisata di provinsi lain?
Potensi wisata setiap daerah itu mesti dikembangkan, ingin diapakan potensi-potensi wisata yang ada pada deerah masing-masing itu, misalnya.
"Di sini bisa dimulai dengan merekonstruksi kembali lalu mengoptimalisasi obyek wisata yang sudah ada saat ini," tulis Kompasianer Erkata Yandri. (Baca selengkapnya)
5. Manfaatkan Kekuatan Budaya Perusahaan
Setelah hampir satu tahun kita beradaptasi dengan situasi seperti sekarang ini, perushaan kini mesti bersiap dengan tantangan baru.
Menurut Kompasianer Merza Gamal, budaya dalam perusahaan itu penting karena terkait dengan kinerja yang optimal.
Budaya seringkali merupakan kode yang tidak tertulis. Sayangnya, ketika pemimpin tidak memiliki budaya perusahaan yang didefinisikan atau dikodifikasi dengan jelas, visi mereka dapat dengan mudah diabaikan atau ditafsirkan secara tidak konsisten di seluruh organisasi.
"Budaya dapat dan harus memanifestasikan dirinya dalam berbagai cara di seluruh organisasi perusahaan, dan seperti di dunia pada umumnya, budaya selalu berkembang," tulis Kompasianer Merza Gamal. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H