Penangkapan pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi bersama sejumlah tokoh senior Partai National League for Democracy (NLD) oleh militer pada Senin (02/01/2021) menjadi perhatian banyak negara, termasuk di Indonesia.
Di mata publik internasional Aung San Suu Kyi memiliki catatan negatif. Ia dituntut bertanggung jawab atas kekerasan yang terjadi kepada masyarakat Rohingya selama ini. Bahkan imbasnya beberapa penghargaan untuknya dicabut.
Kompasianer Yon Bayu dalam artikelnya mengatakan, bagaimanapun kudeta yang terjadi harus dikecam dan dunia luar perlu menekan militer Myanmar agar mengembalikan proses demokrasi yang sudah berjalan.
Artikel tersebut menjadi salah satu konten terpopuler di Kompasiana kemarin, bersama dengan konten-konten menarik lainnya seperti soal rencana kembalinya pesawat supersonik hingga niat menulis yang bikin makan hati. Yuk, simak kembali 5 konten di bawah ini:
Haruskah Penahanan Aung San Suu Kyi Kita Syukuri?
Lalu bagaimana respons masyarakat dunia terhadap penahanan Aung San Suu Kyi kini, mengingat banyak yang tidak suka dengannya karena "pembiaran" pada praktik  genosida etnis minoritas Rohingya? Apakah harus berbahagia? (Baca selengkapnya)
Mengapa Kudeta Kerap Terjadi di Myanmar dan Thailand?
Jika membandingkan Myanmar dan Thailand dengan negara Asia Tenggara lainnya yang memegang ideologi demokrasi, jelas bahwa kudeta memang lebih sering terjadi di dua negara itu. Kira-kira apa alasannya? (Baca selengkapnya)
Dunia Menanti Kembalinya Era Pesawat Supersonik
Dilansir situs aviasi "Simple Flying" belum lama ini, setidaknya ada tiga pabrikan pesawat yang sedang mengembangkan pesawat supersonik dengan spesifikasi berbeda. Kesamaannya hanya satu, yakni kecepatan supersonik yang mampu melaju melebihi kecepatan suara. (Baca selengkapnya)
Lembah Tumpang, Keraton Tiban ala Singhasari-Majapahit
Di tangan Yogi Sugito, mantan Rektor Universitas Brawijaya, sebuah lembah sepi yang dibelah sungai kecil disulap jadi destinasi wisata yang apik. Menyuguhkan spot-spot unik dari zaman klasik berupa aneka bentuk arca. (Baca selengkapnya)
Niat Menulis supaya Bahagia, Malah Makan Hati
kalau ingin menjadi penulis yang berbahagia, yang menyembuhkan sakit batin, yang menyehatkan secara lahiriah dan batiniah, kita harus mengubah dulu paradigma menulis di kepala kita. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H