7. Ibuku "Toksik" dan Mewariskan "Toksisitas" Kepadaku
Idealnya, ibu (bersama ayah) menanamkan nilai, norma dan karakter positif bagi anak sebagai bekal di masa dewasa. Tetapi, apa yang dikisahkan Kompasianer Siska Dewi membuat kita membuka mata bahwa tak selama realita selalu ideal. (Baca artikelnya di sini)
8. Perempuan Menunggu Hujan
Cerpen dari Kompasianer YR Passandre mendapat banyak penilaian dari para pembaca. Tulisan dengan judul Perempuan Menunggu Hujan ini bahakn diganjar sebagai artikel utama.
[...] Payungku tak kan mampu menjagaku dari derasnya air dari langit. Kalau memaksa berjalan mencari Kaijai, aku akan basah kuyup. Kaijai pun pasti kesal begitu tahu aku sengaja melawan hujan. [...] (Baca artikelnya di sini)
9. Inilah Artikel Saya yang ke 4800
Berhasil menghasilkan 4800 artikel adalah bukan sembarang pencapaian. Keberhasilan ini mampu ditorehkan Kompasianer Tjiptadinata Effendi. Dalam tulisan itu ia mengungkapkan bahwa tantangan paling berat bagi dirinya dalam menulis adalah untuk tetap terus menulis meski  artikelnya terasa tidak dihargai. (Baca artikelnya di sini)
10. Aku Bangga Menjadi Guru SD!
Menjadi Guru SD adalah kebanggaan tersendiri bagi Kompasianer Ozy V. Alandika, sebagaimana ia ungkapkan dalam tulisannya ini. Dengan segala dinamikanya, menjadi Guru SD adalah bagian dari perjalanan hidup dan takdir. (Baca artikelnya di sini)
11. Desember dan Rasa yang Karam
Desember, kembali memeluk diri
Sudah lama kita tak berada dalam satu sisi
Berebut gelak tak henti
Belum satu dasawarsa
Tapi hampa begitu terasa
[...]
Itu adalah penggalan puisi karya Kompasianer Fatmi Sunarya. Puisinya ini pun mendapat label "Artikel Utama". (Baca artikelnya di sini)
12. Renjana Sedang Sendiri
Sepertinya puisi-puisi Kompasianer Fatmi Sunarya telah mendapatkan tempatnya sendiri di hati pembaca. Selain Desember dan Rasa yang Karam, puisi berjudul Renjana Sedang Sendiri turut mendapat banyak penilaian yang baik dan label "Artikel Utama" di Kompasiana. (Baca artikelnya di sini)
13. 5.000 Artikel untuk Indonesia Tercinta!
Tepat 11 Mei 2020, Kompasianer Tjiptadinata Effendi mencatatkan tulisannya yang ke-4800. Namun, prestasinya belum sampai di situ. Tepat pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 2020, ia menuliskan artikelnya yang ke-5000. Dan, spesial ia persembahkan untuk Indonesia tercinta. (Baca artikelnya di sini)
14. Tanpa Konjungsi, Penulis Menyiksa Diri Sendiri
Kebuntuan saat menulis tidak saja disebabkan oleh minimnya sebuah ide. Sebab lainnya adalah penulis kurang menguasai kata sambung alias konjungsi. Karenanya, penggunaan kata sambung perlu dikuasai seorang penulis. Kamu bisa baca bagaimana kiat menguasai kata sambung melalui artikel Kompasianer Khrisna Pabichara di sini.
15. Pohon Kata Bernama Anjing
Mulanya adalah kata "anjay" yang viral lantaran dilarang diucapkan. Padahal, menurut Kompasianer Khrisna Pabichara anjay adalah ranting dari dahan bernama anjir, sedangkan anjir sebatas dahan dari pohon bernama anjing. Jika anjay dilarang, anjir dan anjing juga mesti dilarang. Anjay dan anjir terhitung ragam cakapan. Belum terekam juga ke dalam KBBI. Selain anjay, ada puluhan kata yang berkaitan dengan anjing. (Baca artikelnya di sini)