Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Guru Pendatang di Papua hingga Melawan Dominasi Google

29 Desember 2020   05:54 Diperbarui: 28 April 2021   07:45 927
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bundesnachrichtendienst (Foto: Sputnik News)

Bukan hal mudah berpindah ke sebuah tempat di mana para warganya memiliki budaya dan watak yang berbeda dengan lingkungan asal. Itulah yang dialami dan dikisahkan Kompasianer Susana Alkorisna saat merantau ke Papua sebagai guru penggerak.

Dalam artikel Susana bercerita mengenai sensasi yang didapatkan kala diancam senjata oleh muridnya yang ia cintai. Namun itu hanyalah sebagian kecil dari catatan indah selama mengabdi di sana.

Kisah tersebut, yang dimuat di akun komunitas Inspirasiana, menjadi salah satu konten yang banyak mendapat perhatian pembaca Kompasiana. Selain itu ada juga konten populer seperti soal dominasi Google di kehidupan dunia maya kita hingga "skandal" pegawai Kedubes Jerman ke markas FPI.

Berikut 5 artikel terpopuler di Kompasiana, kemarin:

Kisahku sebagai Guru di Papua: Busur, Panah, Kapak, dan Cinta

Bersama siswa yang aku cintai dengan tulus (dok. Susana Alkorisna)
Bersama siswa yang aku cintai dengan tulus (dok. Susana Alkorisna)
Adegan berulang tanpa disadari persis seperti kejadian setahun lalu. Seorang siswa setelah melakukan tindakan di luar peraturan mengancam dan membawa kapak ke sekolah untuk bertarung dengan teman yang mengkritik perbuatan tidak baiknya.

Jika tahun lalu kejadian itu dilaporkan ke polisi, kali ini meski getir sendiri, aku memilih menghadapinya. Aku sadar bahwa lari bukan solusi. Sebrutal apa pun, orang akan takluk dengan ketenangan. (Baca selengkapnya)

Melawan Dominasi Google, Mungkinkah?

Ilustrasi sejumlah layanan milik Google (Yahoo News via Kompas.com)
Ilustrasi sejumlah layanan milik Google (Yahoo News via Kompas.com)
Terganggunya layanan Google beberapa waktu lalu telah menyadarkan kita untuk berpikir ulang mengenai: apa yang sebenarnya terjadi? mungkinkah kita melakukan perlawanan terhadap dominasi Google?

Ketergantungan banyak orang kepada Google telah membuatnya memiliki kekuasaan struktural. Artinya, kekuasaan Google baru dirasakan ketika Google down atau malah lenyap. Selama Google 'berjalan' baik seperti biasa, maka kita merasakan hidup kita juga 'berjalan' lancar. (Baca selengkapnya)

"Ilusi" Itu Bernama Dividend Yield

Ilustrasi (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)
Ilustrasi (KOMPAS/HERU SRI KUMORO)
Dividen merupakan salah satu keuntungan yang ditawarkan dalam investasi saham, selain capital gain. Meskipun hanya disetorkan pada musim-musim tertentu, tapi dividen mampu memberi nilai lebih bagi para investor, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat bertambah banyak.

Saya kurang berminat berinvestasi di saham yang hanya menawarkan dividen jumbo pada momen-momen tertentu saja. Bagi saya, itu merupakan salah satu "ilusi" yang harus diwaspadai. (Baca selengkapnya)

"Social Climber", Spesies yang Bertahan Hidup dengan Memanjat

Ilustrasi social climber. (Foto: Alysse Asilo esquiremag.ph)
Ilustrasi social climber. (Foto: Alysse Asilo esquiremag.ph)
Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki sifat dinamis. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mereka akan selalu berupaya meningkatkan status sosialnya dengan cara melakukan mobilitas sosial.

Salah satu mekanisme peningkatan kelas sosial dari rendah ke tinggi lazim dikenal dengan istilah panjat sosial atau pansos. Hal itu tidak bisa dipisahkan dari status sosial yang dimiliki oleh seseorang yang meliputi jabatan, kekayaan, keturunan, dan pendidikan. (Baca selengkapnya)

Apa Misi Bundesnachrichtendienst di Indonesia?

Ilustrasi Bundesnachrichtendienst (Foto: Sputnik News)
Ilustrasi Bundesnachrichtendienst (Foto: Sputnik News)
Aksi kunjungan salah seorang warga Jerman ke markas Front Pembela Islam (FPI) di Petamburan beberapa waktu lalu masih menjadi topik pembahasan publik.

Usai ramai diberitakan serta diprotes keras oleh Kemenlu, Kedubes Jerman bersuara dan memberi klarifikasi. Namun pernyataannya belum cukup memuaskan. Indonesia butuh klarifikasi dan sikap lebih tegas dari Kedubes Jerman. Apalagi dalam suasana tidak stabil ini. (Baca selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun