Baru saja kita melaksanakan hajat besar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak yang digelar pada Rabu (9/12/2020) untuk menentukan 270 pemimpin daerah.
Namun, dalam situasi pandemi virus corona, penyelenggara pemilihan menetapkan prosedur pemungutan suara untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Akan tetapi ada yang berbeda, misalnya, tanda seseorang baru selesai mencoblos. Jika biasanya jari dicelupkan, maka demi keamanan jari tersebut diteteskan tinta pemilu sebagai tanda sudah menunaikan hak pilihnya.
Pertanyaan besarnya: apakah dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak ini akan menambah jumlah kasus covid-19? Benarkan setiap TPS sudah menjalankan protokol kesehatan dengan benar?
Selain konten seputar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak, masih ada konten terpopuler dan menarik lainnya yang tayang di Kompasiana dalam sepekan.
1. Pilkada Depok 2020 Zona Merah, Begini Protokol Kesehatan Covid-19 di Wilayah Saya
Kompasianer Tety Polmasari mengaku tidak terlalu antusias mengikuti "pesta rakyat" ini. Alasannya, karena masih dibayang-bayangi pandemi Covid-19.
Akan tetapi, biar bagaimanapun, tetap memberikan suaranya untuk pemilihan di Kota Depok --yang notabene berada di zona merah.
"Saya pun tiba di TPS 51 dengan memakai masker dan face shield. Di lapangan Berlian Permata Depok berdiri tenda berwarna merah maroon yang cukup luas. Seperti tenda hajatan," tulis Kompasianer Tety Polmasari melaporkan dari tempatnya memilih.
Jika dihitung, proses selama Kompasianer Tety Polmasari datang hingga selesai memilih itu tidak sampai 15 menit. Tapi, yang cukup jadi perhatiannya yakni protokol kesehatan Covid-19 yang begitu ketat diterapkan. (Baca selengkapnya)
2. Sekarang Wajib Swab untuk Masuk ke Proyek, Besok Pasti Wajib Vaksin
Semenjak pandemi Covid-19, tulis Kompasianer Meirri Alfianto, protokol kesehatan terkait penerimaan tamu di proyek-proyek banyak yang mengalami perubahan.
Bahkan ada beberapa tempat proyek yang mewajibkan swab test bagi tamu yang akan berkunjung. Dulu, mungkin, sekadar hasil rapid test maka tamu bisa masuk.
Namun, dengan kabar datangnya vaksin Sinovac bukan tidak mungkin kembali ada perubahan peraturan.
"Ini akan mengubah tren. Saya yakin nantinya ini akan mengubah protokol masuk area kerja (site). Bila tadinya menggunakan swab test, ke depannya akan berganti dengan vaksin," tulis Kompasianer Meirri Alfianto. (Baca selengkapnya)
3. e-Raport yang Membuat Guru Repot
Sebenarnya penggunaan e-Raport bagi guru sudah bukan lagi hal baru. Sebab, ini sudah berjalanan beberapa tahun belakangan.
Akan tetapi, hingga kini, masih ada saja guru-guru yang kerepotan mengisinya.
Bagi guru yang merangkap wali kelas, misalnya, setelah selesai mengisi e-raport mata pelajaran harus melanjutkan mengisi aplikasi e-raport sebagai wali kelas.
"Aplikasi yang digunakannya sama, hanya memindahkan saja dari satus guru ke wali kelas," tulis Kompasianer Tati Ajeng Saidah.
Untuk input prestasi siswa, lanjutnya, wali kelas harus menunggu dulu semua guru mata pelajaran menyelesaikan mengisi e-raportnya.
Nah, yang kemudian jadi merepotkan bila ada satu guru mata pelajaran belum selesai mengisi nilai ke e-raport, maka akan menghambat pekerjaan wali kelas. (Baca selengkapnya)
4. Prestasi Ratu Catur dalam Pusaran Alkohol dan Kapsul Penenang di "The Queen's Gambit"
Apa yang membuat serial The Queen's Gambit menjadi banyak perbincangan banyak orang hingga sekarang? Padahal, serial tersebut pertama kali tayang sejak 24 Oktober 2020.
Ada yang menganggap Beth, tokoh utama dalam film itu, memiliki ambisi besar untuk memenangkan semua pertandingan catur yang dimainkan.
Namun, bagi Kompasianer Yana Haudy, justru Beth tidak tahu bagaimana menjalani hidup tanpa catur. Catur, baginya, adalah napas dan jiwanya.
"Beth memang berbakat catur. Pada usia sembilan tahun, Beth sudah mengalahkan murid-murid SMA," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
5. "Gini Doang Nih Grup Neraka?"
Bukan hanya gagal lolos ke babak 16 besar Liga Champions, tetapi Manchester United mendapat begitu banyak meme atas kekalahan itu -khususnya di Indonesia.
Cuitan akun @ManUtd_ID ketika tim mereka bisa mengalahkan PSG justru menjadi bumerang: Gini doang nih grup neraka?
Meski 10 menit terakhir MU belum menyerah dengan masih melakukan serangan dan membuat 2 gol, tapi itu tidak bisa membantu sama sekali. Harapannya, tentu saja, MU bisa melaukan comeback pada menit akhir.
"Firasat itu akhirnya terjadi. Pagi buta waktu Indonesia bagian barat, seluruh fans MU di dunia menerima karma dari kesombongan meremehkan dengan kalimat, Gini doang nih klub neraka?" tulis Kompasianer Yunita Devika. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H