Jika benar premium dihapuskan akan mudah sekali membayangkan kalau nantinya masyarakat akan mendapat untuk yang lebih sedikit dari biasanya. Biaya produksi semakin mahal.
"Risiko menggunakan bensin beroktan rendah serta dampaknya terhadap kinerja mesin berkompresi rendah atau tinggi kurang menarik perhatian masyarakat," tulis Kompasianer Abanggeutanyo.
Sebab, faktanya selama ini jarang terdengar masyarakat komplain pada bensin 88 (premium) apalagi terhadap bensin 90 (pertalite) terkait mesin kendaraan mereka. (Baca selengkapnya)
3. Menimbang Pentingnya Penggunaan BBM Berkualitas Baik
Isu terhadap keberlangsungan lingkungan yang lebih baik patut menjadi perhatian serius bagi pemerintah saat ini. Pasalnya, Indonesia termasuk negara dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia.
Peniadaan BBM jenis premium ini, menurut Kompasianer Bagus Suci, bukan saja urgen untuk mengurangi tingginya polusi di Jakarta, tetapi juga demi menjaga kesehatan masyarakat.
Lebih lanjut, Kompasianer Bagus Suci menerangkan secara sederhana atas keterkaitannya penghapusan Premium dengan lingkungan.
"Prinsipnya, semakin tinggi nilai oktan/RON, maka kualitas BBM itu semakin baik. Karena pembakarannya pun semakin sempurna, sehingga akan menghasilkan gas buang (emisi) yang rendah," tulisnya.
Jika ingin polusi udara di Jakarta turun, lanjutnya, maka kita sepatutnya mendukung penggunaan BBM yang berkualitas.
"Jadi, bukan alih-alih memilih jenis BBM yang buruk 'hanya' karena pertimbangan murah dan ekonomis saja," tulis Kompasianer Bagus Suci. (Baca selengkapnya)
4. Siap-siap Adapatasi BBM Baru
Kita mesti siap-siap, seperti yang diingatkan oleh Kompasianer Mas Sam. Karena peralihan dari premium dan pertalite (RON 82) ke pertamax dalam jangka pendek akan berpengaruh terhadap aspek sosial ekonomi masyarakat.
Bebab biaya pengeluaran ekonomi masyarakat pasti akan ada kenaikan. Terlebih, pada kondisi seperti pandemi sekarang ini.