Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jadi Pahlawan Itu Berat, Perlukah Kita Menyerah?

11 November 2020   04:40 Diperbarui: 11 November 2020   14:25 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Diolah dari gambar Freepik)

Cerita-cerita kesuksesan berbagai tokoh inspiratif sudah banyak kita simak dengan masing-masing perjuangannya. Pantang menyerah seringkali menjadi kunci mereka menggapai impian.

Namun perhatian kita pada orang-orang berhasil ini tanpa disadari mengabaikan realitas bahwa banyak juga yang memiliki perjuangan yang sama berat tapi gagal.

Kompasianer Wahyu Saputra dalam artikelnya menyebut, kita tak bisa menerima mentah-mentah jargon "never give up" sebagai acuan keberhasilan. Pada situasi tertentu ada kalanya seseorang memang perlu menyerah.

Ulasan menarik ini bisa disimak bersama dengan artikel-artikel terpopuler lain seperti soal predikat pahlawan yang tidak semudah itu didapatkan hingga status Sirkuit Mandalika yang hanya menjadi venue cadangan untuk MotoGP 2021. 

Melihat Sisi Lain dari "Jangan Pernah Menyerah!"

Ilustrasi (Unsplash/National Cancer Institute)
Ilustrasi (Unsplash/National Cancer Institute)
Beberapa dari kita dikondisikan sejak kecil bahwa menyerah adalah sebuah kegagalan, sebuah tanda kelemahan, dan sesuatu yang harus dihindari. Seringkali, itu justru membuat seseorang memaksakan diri dan keadaan.

Kita tidak bisa melihat sikap menyerah hanya dalam bingkai negatif. Kehidupan ini dinamis. Sesuatu yang lakukan bisa saja menjadi hal yang tidak layak lagi untuk diperjuangkan. (Baca selengkapnya)

Jadi Pahlawan Itu Berat, Mulailah dari Diri Sendiri dan Keluarga

dok. bobo.grid.id
dok. bobo.grid.id
Pahlawan tidak hanya nama-nama besar yang tercatat dengan tinta emas dalam buku sejarah. Mereka yang menjadi penyapu jalanan, mereka yang mendidik anak kaum marjinal, atau kamu dengan segala perjuangan yang bisa berdampak baik bagi orang lain, juga merupakan pahlawan.

Tidaklah usah bernafsu ingin dianggap pahlawan, bertanggung jawab saja pada dirimu dan tugasmu dahulu. (Baca selengkapnya)

Di Kalender Sementara MotoGP 2021, Sirkuit Mandalika Cuma Jadi Cadangan

Ilustrasi Sirkuit Mandalika, Lombok (Sumber: MCN via gridoto.com)
Ilustrasi Sirkuit Mandalika, Lombok (Sumber: MCN via gridoto.com)
Sirkuit Mandalika di Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat yang masih dalam proses perampungan, dibangun dengan target bisa menggelar balapan MotoGP tahun 2021.

Kemarin Dorna selaku penyelenggara MotoGP merilis kalender sementara balapan tahun depan. Sayangnya status Mandalika di situ hanya sebagai sirkuit cadangan. Bagaimana tanggapan Mandalika Grand Prix Association (MGPA) selaku promotor lokal? (Baca selengkapnya)

Rebound Ekonomi RI 2021 dan Kebijakan Presiden Terpilih AS

Joe Biden, presiden terpilih Amerika Serikat,.(REUTERS/JONATHAN ERNST via ABC INDONESIA)
Joe Biden, presiden terpilih Amerika Serikat,.(REUTERS/JONATHAN ERNST via ABC INDONESIA)
Jika Joe Biden resmi menjadi presiden AS, bagaimana pengaruhnya terhadap ekonomi Indonesia yang baru-baru ini resmi masuk jurang resesi?

Diprediksi, kebijakan-kebijakan ekonominya nanti tidak akan banyak berpengaruh apalagi beberapa waktu lalu pemerintahan Trump sudah memberikan perpanjangan GSP untuk barang-barang ekspor kita. Namun tentu harus ada upaya dari pemerintah dan masyarakat Indonesia. Caranya... (Baca selengkapnya)

Mengurai Mitologi "Sandekala", Larangan Anak Keluar Rumah Jelang Magrib

Ilustrasi sendakala. | unsplash.com/@xaviercoiffic
Ilustrasi sendakala. | unsplash.com/@xaviercoiffic
"Le, sandekala ndang mlebu omah. Wayahe Setan metu," adalah kalimat peringatan yang sering diucapkan orangtua agar anak-anak tidak berkeliaran di luar rumah menjelang Magrib.

Sandekala sendiri berakar dari bahasa Sansekerta yang berarti gurat merah di langit senja atau senjakala. Lalu apa yang melatarbelakangi larangan keluar bagi anak kecil saat langit sedang indah-indahnya ini? (Baca selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun