Ada yang selalu dipikirkan ketika jalan-jalan: entah mengapa ongkos jajan bisa jauh lebih mahal dari biaya lainnya.
Karena itulah yang justru jadi pertimbangkan ketika ingin sendirian atau ramai-ramai untuk jalan-jalan. Tidak aneh, tapi awalnya ingin liburan, senang-senang, malah bisa batal seketika kala terpikirkan hal itu.
Namun, ada saja yang loyal. Bahkan sudah jauh-jauh hari diperhitungkan dengan matang ketika merencanakan alokasi biaya jalan-jalan. Istilahnya: tidak boleh pelit sama perut sendiri.
Kalau kamu bagaimana?
Selain cerita tentang jalan-jalan, masih ada konten terpopuler dan menarik lainnya di Kompasiana, kemarin!
Adu Cepat dengan Proses Ganti Lokomotif, Ini Seni Ngirit Makan ala Saya Menggunakan Kereta Api
Menu nasi ayam di restoran KA - Dokumentasi Pribadi/Ikrom Zain
Nah, untuk tidak terlalu boros/banyak jajan di kereta sebenarnya ada yang banyak bisa dilakukan lho.
Sebagai contoh: memanfaatkan waktu menunggu saat pergantian lokomotif bisa dimaksimalkan untuk mencari makanan murah sebagai bekal perjalanan. (Baca selengkapnya)
Swasembada Kedelai Bisa Saja Tercapai, Jika Pemerintah Mengendalikan Impor
Ilustrasi tempe di warung sayur (Dokumentasi pribadi/Budi Susilo)
Kemauan pemerintah bisa menjadi titik tolak penting dalam mewujudkan swasembada kedelai yang diharapkan dapat merangsang (insentif) petani untuk menanam kedelai. (Baca selengkapnya)
Menulis Biografi: Riset, Riset, Riset!
ilustrasi mengolah data hasil riset. (sumber: pixabay)
"Dengan bangga kamu bikin status di Facebook bahwa kamu sudah berhasil membuat tulisan biografi seseorang.
Tetapi saat saya ngasih komen, apakah kamu sudah melakukan riset sebelum menulis biografi, kamu malah balik bertanya; apa itu riset? Seberapa penting riset untuk penulisan biografi dilakukan? Saya pun membalas seenaknya, "Ga penting-penting amat sih, tetapi riset SANGAT PENTING!" (Baca Selengkapnya)
Mungkin ada di antara Anda yang memiliki banyak pertanyaan seputar teknik menulis biografi dan berharap dapat berkonsultasi langsung kepada Pepih Nugraha?