Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Guru Indonesia yang Terus Menulis

5 November 2020   22:30 Diperbarui: 6 November 2020   17:47 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi guru menulis. (sumber: KOMPAS/JITET)

Memahami dan menguasai literasi pendidikan di ranah digital sudah tak terelakkan lagi demi memaksimalkan pemelajaran abad-21. Segenap elemen partisipan pendidikan pun dituntut melakukan berbagai inisiatif.

Kompasianer Idris Apandi, misalnya, kerap berbagi hal tentang peningkatan mutu pendidikan, guru, kurikulum, dan literasi kreatif dengan Kompasiana menjadi salurannya.

Menurutnya, Kompasiana bisa menjadi salah satu refrensi yang bisa diandalkan oleh para guru dan praktisi pendidikan untuk mendapatkan informasi seputar dunia pendidikan. Khususnya kondisi sekarang, pandemi Covid-19 yang masih terjadi dan kegiatan pemelajaran jarak jauh.

"Banyak sekali tulisan-tulisan, pengalaman, juga tip-tip bagaimana menciptakan pemelajaran yang efektif dan menyenangkan. Kompasiana adalah salah satu megablog yang sudah sangat diperhitungkan sebagai salah satu refrensi informasi. Meskpun masih perlu ditingkatkan," katanya.

Ia menyarankan, bila Kompasiana ingin mengakomodir lebih luas guru-guru di Indonesia menambahkan pos khusus guru untuk menyalurkan sumbangsih dan ide-idenya.

"Kalau bicara guru itu luar biasa potensinya," ujarnya.

Widyaiswara Ahli Madya Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan ini mengatakan, guru-guru di Indonesia sudah mengalami peningkatan literasi digital. Guru sekarang mau belajar teknologi dan digital.

Meski begitu tantangannya adalah bagaimana mereka terus dipoles, ditingkatkan, dan dikembangkan profesionalitasnya.

Untuk meningkatkan itu, Idris Apandi terhitung 2016 dirinya sudah menjadi pegiat komunitas literasi digital untuk para guru di Jawa Barat. Dikatakannya, sejak itu sudah lebih banyak lagi guru yang mau nulis.

"Dari yang tadi masih malu-malu sekarang sudah ada yang menerbitkan buku," ungkapnya.

Pada kesempatan yang sama, Sekjen Ikatan Guru TIK PGRI Wijaya Kusumah juga mengungkapkan pengalamannya dalam mengajak guru-guru untuk menulis.

Menurutnya, awal mula ia hanya mengajak teman-teman seprofesi menulis di blog. Teman-teman itu kemudian menularkan ke teman-teman lain. Bahkan, para siswa pun turut diajaknya.

A-to-Z Kompasiana: Literasi Pendidikan di Ranah Digital. (Dok. Kompasiana)
A-to-Z Kompasiana: Literasi Pendidikan di Ranah Digital. (Dok. Kompasiana)
"Sampai hari ini mungkin sudah ada ratusan guru. Bahkan beberapa di antaranya ada yang sudah menerbitkan buku," tuturnya.

Sementara terkait pemelajaran jarak jauh (PJJ), Kompasianer Idris Apandi yang sudah tergabung sejak 2010 bersama Kompasiana ini menilai PJJ harus disiikapi dengan bijak. Karena memang tidak ada yang memperkirakan juga menyangkan dengan kondisi seperti dan selama ini.

Berdasarkan pengalamannya, dari pemelajaran jarak jauh ini, anak-anak sekolah dasarlah yang paling merasakan tekanannya. Tidak hanya dari tugas, tetapi juga tekanan dari orangtua.

Dijelaskan lebih lanjut, pemelajaran jarak jauh menuntut orangtua harus mengerti teknologi, pelajaran siswa plus urusan-urusan lain yang belum tentu orangtua siswa tersebut bisa selesaikan. Akibatnya, orangtua turut tertekan dalam kondisi PJJ ini. Tak jarang, anak menjadi luapan emosinya. 

"Untuk jenjang SMP-SMA tidak ada yang serius," dikatakan Kompasianer Idris Apandi, "Hanya untuk sekolah dasar dan ke bawahnya, ini yang menjadi permasalahan. Karena tingkat stresnya cukup tinggi. Orangtua pun yang notabene memang menjadi guru utama dalam keluarga sering kali kesulitan."

"Karenanya, para guru yang mengajar diharapkan mampu meningkatkan komunikasi yang baik," imbuhnya.

Senada dengan Idris, Kompasianer Wijaya Kusumah pun turut menyampaikan para guru diharuskan membuat rancangan pemelajaran yang baik guna interaksi belajar-mengajar menjadi menyenangkan.

Terakhir, keduanya pun mengajak semua guru menjadikan Kompasiana sebagai sarana menulis. Karena Kompasiana sendiri memang memberikan ruang bagi para guru untuk menulis.

"Menulis saja dari hati. Insya allah akan bertemu dengan hati," kata pria yang akrab disapa Om Jay ini.


***

Hai, para tenaga pendidik di seluruh Indonesia!

Sudah tahu belum kalau Kompasiana punya challange untuk para tenaga pendidik untuk  ikut membuat konten tentang materi ajar sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing?

Tantangan ini dimaksudkan supaya materi pembelajaran dapat lebih mudah diakses oleh pelajar dan mahasiswa di manapun mereka berada. Pelajar dimudahkan, orangtua terbantu, guru pun punya kesempatan mengembangkan kemampuan dirinya. Ssstt.. siapa tahu ada yang tertarik mengajak Bapak Ibu Guru/Dosen bekerja sama karena terpikat dengan tulisannya.

Anda tenaga pendidik dan tertarik untuk ikutan tantangan ini?

Yuk, cari tahu informasi selengkapnya di sini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun