Kompasianer S. Leow bahkan menangkap fenomena itu: orang-orang yang memiliki masalah kesehatan mental sering kali didiskreditkan dari lingkungan sosial, pekerjaan, bahkan di dalam lingkungan keluarga.
Namun, sayangnya, ketika isu ini mulai mendapat tempat untuk dibicarakan, baik di ruang publik maupun media sosial, justru dianggap sebagai tren.
"Banyak orang yang dengan gamblangnya mengklaim dirinya mengalami gangguan kesehatan mental. Dengan mudah mendiagnosis dirinya mengidap bipolar hanya karena mengalami perubahan emosi yang mendadak, padahal hanya sedang mood swing saja," tulis Kompasianer S. Leow.
Padahal itu tidak bisa berdasar klaim sendiri. Orang dapat dikatakan mengidap gangguan kesehatan mental setelah mendapat diagnosis dari psikolog atau psikiater. (Baca selengkapnya)
3. Sebuah Nasihat: Jangan Menolong Orang yang Tidak Ingin Ditolong
Itulah relasi yang baik menurut Kompasianer Ardy Firmansyah ketika hendak melakukan konsultasi psikologi.
Akan tetapi yang kerap terjadi justru saat berusaha untuk memberikan nasihat, membantunya sekuat tenaga menolongnya, meluangkan waktu dan semacamnya, respon yang didapat malah diacuhkan.
"Proses terapi psikologi terlaksana memang  karena klien datang untuk mendapatkan bantuan, sehingga terapis bisa menolongnya. Lalu berdiskusi tentang masalah dan apa yang dikehendaki oleh klien untuk mengatasi masalahnya," tulis Kompasianer Ardy Firmansyah.
Oleh karena itu, bukan tidak mungkin, bisa saja pertolongan yang kita berikan malah membuat sesuatu menjadi bertambah buruk.
Situasi malah menjadi tidak karuan dan komunikasi semakin tidak sehat. (Baca selengkapnya)