Padalah enak itu, kata Widha, kata umum, ada kata khusus dari enak semisal gurih, manis, atau kriuk-kriuk.
"Inilah yang perlu teman-teman mengelaborasi lebih lanjut untuk mendefinisikan kata enak dengan aktifitas-aktifitas lain yang bisa membantu menggambarkan daripada sekadar enak," lanjut Widha.
Sebagai salah delapan Admin komunitas Kompasianer Penggila Kuliner (KPK), Marla Lasappe berbagi pengalamannya ketika mengulas kuliner.
Selain kompenen dalam menulis ulasan kuliner tadi, ada hal penting yang Marla Lasappe tekankan adalah kita mesti pandai-pandai mengulas makanan yang tidak disukai.
"Jika memang kita sudah tidak suka atau ada pantangan pada makanan tersebut, pilih di makanan atau minuman lain saja," jawab Marla Lasappe sambil tertawa.
Sebab ini konteksnya memang mengulas makanan ketika kita yang diundang oleh pemilik restoran atau dalam festival kuliner.
Hal ini penting untuk tetap bisa menjaga relasi dengan pihak pengundang, tanpa sedikitpun mengurangi hasil ulasan yang akan dibuat nantinya.
Kemudian pada sesi tanya-jawab dengan Kompasianer, Widha memilih pertanyaan yang masuk dari kolom komentar, di antaranya dari Kompasianer Budi Susilo.
"Kalau review makanan yang pernah dicaba pada masa lampau, bisakah? Misalnya dulu makan sate kambing, sekarang pantang," tanyanya.
Ternyata itu lumrah dan bisa-bisa saja. Akan tetapi, agar lebih menarik ulasan tersebut dikemas secara kekinian.
Maksudnya, Marla Lasappe mencontohkan makanan khas Sulawesi, Barobbo. Itu merupakan masa kecilnya dulu, akan tetapi ketika ingin mengulas kembali makanan tersebut, Marla menuliskan ketika ia menemukan Basah ketika berkunjung ke Jambi, Kampung Bugis.