Pendiri Kompas Gramedia Jakob Oetama wafat pada usia 88 tahun, Rabu (09/09/2020) di Rumah Sakit Mitra Keluarga. Jakob Oetama disemayamkan di TMP Kalibata.
Wakil Presiden RI Periode 2004-2009 dan 2014-2019 M Jusuf Kalla saat menjadi inspektur upacara pemakaman Pendiri Kompas Gramedia sekaligus Pemimpin Umum Harian "Kompas" Jakob Oetama di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Jakob Oetama mewariskan pemikiran hakikat jurnalisme bagi "Kompas" dan juga untuk pers di Indonesia: laku jurnalistik yang tegas, tetapi penuh welas asih.
Itulah yang semestinya bisa dijadikan oleh insan pers --dan para penulis secara umum.
Selain duka atas berpulangnya Jakob Oetama, pada pekan ini Kompasiana juga diramaikan cerita menarik lainnya seperti era baru kehidupan kerja hingga gejala lonely marriage yang mesti diwaspadai pasutri.
Inilah 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Jakob Oetama, Istilah Jurnalisme Kepiting, dan Diplomasi Media Melawan Korupsi
Ada hal penting dan menarik yang ditulis oleh Kompasianer Leya Cattleya mengenang Jakob Oetama, yakni penghargaan dari Tiga Pilar Kemitraan berkaitan dengan Hari Antikorupsi.
"(Menarik) karena di masa yang lalu sempat ada perdebatan tentang bagaimana strategi media digunakan oleh Jakob Oetama dalam melawan korupsi," tulisnya.
Seorang Jakob Oetama, lanjutnya, sangat jelas keberpihakannya pada gerakan anti korupsi. Keberpihakan itu tentu menjadi acuan banyak pihak mengingat ia mewarnai media paling berpengaruh di Indonesia ini.
Hal itulah yang kemudian bagi pembaca merasa beragam liputan Kompas mengenai peristiwa korupsi sungguh berbeda, memiliki gayanya sendiri. (Baca selengkapnya)
2. Jakob Oetama, Tajuk Rencana, dan Duka Kompasianer
Sebagai sesama wartawan, warisan yang amat kentara dari Jakob Oetama kepada Kompasianer Efrain Limbong adalah membaca Tajuk Rencana dari Harian Kompas.