Bila untuk membeli paket data bukan masalah, tulis Kompasianer Levia Dava, bagaimana dengan dengan kondisi ekonomi orangtuanya?
"Mereka pastinya akan memprioritaskan sandang, pangan, dan papan di keluarga mereka tercukupi. Hal ini pasti akan berdampak terhadap mahasiswa yang orangtuanya kaum menengah ke bawah," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
3. Magang Tak Terlaksana, Mahasiswa: Kami Butuh Pengalaman, Pak
Dari pengalaman yang dialami Kompasianer Lalaika Lubov, pihak kampus memberikan penawaran penggantian magang yakni metode yang dinilai "cukup" untuk mengganti mata kuliah tersebut.
"Kebijakan ini lebih ke penghapusan kewajiban. Dua metode yang ditawarkan sebagai pengganti nilai magang yaitu sistem poin dan pengabdian masyarakat," tulisnya.
Inilah yang kemudian jadi masalah, kesempatan magang menjadi momen penting untuk mengaplikasikan ilmu yang sudah dipelajari di bangku perkuliahan dan kesempatan luas membangun relasi. (Baca selengkapnya)
4. Capek, Pengen Jadi Buah-buahan Aja
Singkatnya, kuliah online membuat mahasiswa justru gampang merasa bosan yang akut.
Tidak hanya itu, bahkan Kompasianer Lia Shoran juga merasa dibarengi dengan perasaan bersalah tehadap diri sendiri, perubahan mood secara tiba-tiba, perasaan hopeless, useless, hingga tidak bersemangat bangun pagi.
Stres juga dapat terjadi karena situasi atau pikiran yang membuat seseorang merasa putus asa, gugup,marah atau bersemangat," lanjutnya.
Situasi tersebut akan memicu respon tubuh, baik secara fisik maupun mental. Jika kondisi ini berlansung behari-hari maka akan menyebabkan salah satu gangguan mental yaitu depresi. (Baca selengkapnya)