Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Privilese Anak Orang Kaya, Masihkah Prabowo Berminat Ikut Pilpres 2024?

11 Agustus 2020   05:36 Diperbarui: 11 Agustus 2020   05:47 1256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diskusi mengenai privilese anak orang kaya yang semula di media sosial lambat laun berkembang di media nasional. Sebenarnya topik ini sudah berlangsung lama, namun kesenjangan yang dirasa semakin meluas, terutama semenjak pandemi merebak, menyadarkan kita bahwa akan terasa mudah terlahir berstatus orang kaya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran jarak jauh (PJJ) misalnya, anak orang kaya tidak perlu susah payah membeli Hp dan Pulsa. Sementara, anak orang miskin, jangankan untuk membelinya, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja di tengah masa ini, tidak gampang.

Singkatnya, jalan kesuksesan bermodal usaha pintar saja tidak cukup. Kesuksesan dipengaruhi juga oleh dukungan lingkungan dan fasilitas kehidupan yang memadai, tentunya orang yang terlahir kaya tidak perlu memikirkan hal tersebut.

Ada banyak faktor penghambat kesuksesan, Sebagaimana dalam artikel yang ditulis oleh Kompasianer Ridha Afzhal yang menjadi terpopuler kemarin:

Kurangnya akses terhadap informasi, diskriminasi dalam kelas, pelayanan kesehatan yang kurang, perkembangan ekonomi yang rendah, eksploitasi pekerja, standar pendidikan yang rendah, kualitas SDM, mahalnya harga kebutuhan pokok, lingkungan individualis yang tidak kondusif, lapangan kerja yang kurang, dan rendahnya penghasilan.

Ridha Afzhal menyimpulkan, mereka bisa besar karena privilese yang didapat dari orangtuanya. Diakui atau tidak, secara langsung atau tidak, anak-anak orang kaya ini sukses karena privilese.

Selain itu terdapat juga artikel menarik seperti isu Prabowo Subianto terpilih kembali sebagai ketua umum Gerindra hingga tahun 2025 dan Dilema Pembelian Pesawat-pesawat Tempur untuk TNI AU.

Berikut 5 artikel terpoluler di Kompasiana kemarin (10/08):

Privilese Anak Orang Kaya, Derita Bagi yang Papa

Sumber: instalasi.com/lallaimara
Sumber: instalasi.com/lallaimara
Tanpa bermaksud mendemotivasi anak-anak dari keluarga miskin, harus diakui bahwa jumlah anak-anak orang kaya yang sukses, jauh lebih banyak dari pada anak orang miskin yang sukses. Lihat saja Anies Baswedan, Sandiaga Uno, keluarga Habibie, Prabowo, dan lainnya, semua mereka keturunan orang kaya.

Walaupun ada memang orang seperti Dahlan Iskan yang sukses dari keluarga sangat sederhana. Namun jumlah orang seperti Dahlan Iskan ini sangat sedikit dibanding yang seperti Sadiaga Uno dan kawan-kawan.

Terlebih di masa Pandemi ini, terlihat sangat menyolok perbedaannya. Tidak butuh sebuah penelitian guna membuktikan alasan yang membuat anak orang kayak yang sukses jauh lebih banyak dari anak orang miskin yang sukses. (Baca Selengkapnya)

Terpilih Lagi, Apakah Prabowo Subianto Masih Berminat Ikut Pilpres 2024?

prabowo-5f2f0127d541df798c601b33-5f3117b4d541df0f817c60e3.jpg
prabowo-5f2f0127d541df798c601b33-5f3117b4d541df0f817c60e3.jpg
Memang, seperti yang dialami hampir seluruh partai di Indonesia, hampir semua partai belum bisa melepaskan diri dari pengaruh tokoh dan/atau keluarga pendiri partai. Sebut saja trah Soekarno di PDIP, Nasdem yang masih didominasi Surya Paloh, bahkan Partai  Demokrat yang masih belum bisa melepaskan diri dari pengaruh keluarga SBY.

Setelah Prabowo resmi terpilih kembali, tentu pertanyaan publik selanjutnya adalah apakah Pak Prabowo masih berminat mengikuti kontestasi Pemilihan Presiden Tahun 2024? (Baca Selengkapnya)

Sisi Gelap Self Improvement dari Obsesi, Ilusi, hingga Adiksi

Ilustrasi terjebak self improvement. Sumber : freepik.com
Ilustrasi terjebak self improvement. Sumber : freepik.com
Mendapatkan pencerahan, pemikiran baru, motivasi untuk menjalani kehidupan-kehidupan yang lebih baik. Apalagi mereka yang sedang  mengalami beratnya masalah kehidupan. Daripada mengubah hal-hal diluar kendali kita, lebih baik mengubah diri sendiri terlebih dahulu.

Perlu diketahui, meski memiliki dampak positif dan sudah mengubah kehidupan banyak orang, self improvement memiliki sisi gelap untuk sebagian orang dan hal tersebut tidak mereka sadari.(Baca Selengkapnya)

Dilema Pembelian Pesawat-pesawat Tempur untuk TNI AU

Eurofighter Typhoon AU Austria. (sumber: Eurofighter.com)
Eurofighter Typhoon AU Austria. (sumber: Eurofighter.com)
Dari kondisi terakhir kekuatan udara harus punya aspek deterrent, dari sisi pertimbangan balance of power (perimbangan kekuatan) serta perkembangan kondisi geopolitik dan geostrategi kawasan Asia Pasifik, khususnya Asia Tenggara dan Laut China Selatan.

Indonesia nampaknya pada masa mendatang apabila keadaan sudah memungkinkan, hanya ada dua opsi dalam memilih pengganti F-5E Tiger II, tetap membeli Su-35BM atau memilih F-35 (harus dimulai dari awal penilaian di Mabes TNI AU).

Sebaiknya Menhan dan Menlu RI lebih waspada dan bijak memberikan pernyataan dalam menyikapi perkembangan memanasnya sikon Laut China Selatan. Walau di satu sisi peran China (RRT) di Indonesia cukup besar terkait masalah ekonomi, keinginan dan keseriusan Amerika menjadikan Indonesia sebagai mitra di kawasan Indo Pasifik sebaiknya diberikan apresiasi, ditanggapi, jangan diabaikan. (Baca Selengkapnya)

Ada Penulis yang Tidak Paham Soal Proklitik, Ada!

Dokumen Pribadi penulis
Dokumen Pribadi penulis
Ada segelintir (itu berarti tidak banyak) penulis yang gelagapan setiap akan menulis kata "kau". Otaknya kontan bergejolak: apakah dipisah atau digabung? Jangankan kita yang masih tergolong penulis amatiran, mereka yang penulis profesional saja masih ketar-ketir. Kadang semua dipasrahkan kepada editor yang, celakanya, ada juga sebagian tidak paham benar dengan kaidah penulisan proklitik ku- atau kau-. (Baca Selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun