Akibat tingginya permintaan dan oknum yang bermain untuk menimbun barang, maka beberapa waktu silam kita merasakan harga peralatan dan perlengkapan kesehatan jadi mahal, seperti masker dan hand sanitizer, misalnya.
Namun, belakangan ini masyarakat tidak lagi menggunakan masker medis yang semula dicari, tetapi jenis masker lain. Akibatnya antara permintaan dan pasokan akan penggunaan masker medis cenderung normal.
Bahkan kini masker medis hingga hand sanitizer sudah bisa kita temukan dengan mudah di supermarket atau apotek.
Maka tidak heran jika kini kita mulai melihat beberapa orang menjual masker medis di media sosial dengan label "jual rugi" kepada warganet.
Selain itu masih ada konten menarik dan terpopuler lainnya di Kompasiana selama sepekan: masalah yang dihadapi oleh orang bergaji 80 juta per-bulan saat pandemi hingga dampak positif PSBB bagi lingkungan kita.
Berikut 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:
1. Saat Harga Balas Dendam kepada Penimbun Masker
Tren harga masker selangit tidak bertahan lama. Mulai pertengahan April harga sudah bergerak normal kembali.
Bayangkan saja, ketika itu masker yang harga normalnya paling mahal 50 ribu rupiah per-dos, tulis Kompasianer Pical Gadi, saat harga gila-gilaan bisa sampai 400 bahkan 500 ribu rupiah.
"Bayangkan keuntungan yang mereka peroleh dalam waktu singkat. Karena saat itu masker juga jadi barang langka, disinyalir masih ada yang terus membeli dalam jumlah besar dan ingin memanfaatkan momentum," lanjutnya.
Melihat fenomena ini, sepertinya ada yang tidak terpikirkan olah para spekulan ini: masker, seperti halnya juga hand sanitizer, adalah barang yang bisa disubstitusi. (Baca selengkapnya)Â
2. Mengantisipasi Kebangkrutan Bank, Cek Apakah Simpanan Anda Dijamin LPS?
Bagi yang sering mengamati kondisi perbankan nasional, tulis Kompasianer Irwan Rinaldi, tentu sudah mengetahui bahwa tahun ini tampaknya menjadi tahun yang sangat tidak kondusif bagi bisnis perbankan.