Seperti yang dialami oleh Andini Harsono (30) yang sehari-harinya bekerja sebagai Event & Trip Organizer. Covid-19 membuat penyelenggaraan acara yang ditanganinya mundur atau dibatalkan sama sekali.
Auliani Annwar (26) seorang Make-Up Artist, malah merasa tersiksa lantaran kebutuhannya bertemu orang banyak tidak terpenuhi. "Aku butuh banget ketemu orang banyak selain keluarga. Kayak batre aku udah tinggal 50%, stres sendiri gak ketemu orang. Jatohnya jadi nyampah banget di medsos."
Ragam alasan diungkapkan oleh narasumber kami mengenai alasannya memilih "jalan hidup" sebagai freelancer. Padahal tak semuanya memiliki keleluasaan untuk menentukan jam kerja sendiri lantaran tetap terikat kontrak atau kesepakatakan dengan klien. Misalnya, Make-up Artist dan Event Organizer yang kerap berangkat kerja subuh-subuh.
Bagi Aura Asmaradana (27), memilih pekerjaan sebagai editor dan researcher dengan pola freelance memungkinkannya tetap hadir di rumah untuk mengurus kedua anaknya, sementara penghasilan jalan terus. "Jika sedang jenuh bekerja, ya tidak usah ambil pekerjaan," ungkapnya.
Tapi tak seperti freelancer, pekerja kantoran tentunya tak bisa sewaktu-waktu meninggalkan pos tugasnya. Dalam kondisi WFH yang rentan stres, diperlukan sejumlah strategi supaya semuanya dapat dilalui dengan kepala dingin.
Kepada para pekerja yang gagap WFH, para narasumber kami memberikan 6 tips:
1. Merancang pojok kerja yang nyaman
Bukan. Maksudnya bukan membangun satu ruangan baru di rumah khusus untuk bekerja. Yang disarankan di sini adalah menyesuaikan ruangan yang ada di rumah sehingga layak menunjang aktivitasmu duduk berjam-jam.
Rumah kita memang kadung abai terhadap pentingnya pojok kerja sehingga duduk di kasur kerap menjadi pilihan. Tapi untuk WFH selama Covid-19, kasihanilah pundak dan punggungmu. Cari meja dan kursi yang membuat pandanganmu lurus ke layar laptop/PC seperti ketika di kantor. Jika ada dana, ada baiknya berinvestasi membeli kursi kerja yang nyaman.
Diena menyarankan untuk memilih bagian rumah yang relatif aman dari lalu-lalang orang dan "gangguan" lainnya seperti godaan ngemil dan rebahan. Karena itu, sebaiknya jangan bekerja di zona yang digunakan untuk tidur. Kelak, pikiran kita akan sulit membedakan momentum bekerja dan beristirahat. Tidak baik untuk kesehatan mental.
"Perlu ada batasan jelas antara tempat kerja dan leyeh-leyeh. Kalau capek, cukup lo-nya aja yang pindah ke kasur. Laptopnya jangan," ujarnya. Demikian pula ketika waktunya makan siang, beristirahatlah dengan sungguh, jangan disambi bekerja.
2. Hormati jadwal kerja
Seperti sedang bekerja di kantor, berlakulah profesional. Mandi pagi sebelum mulai bekerja dapat menambah efek segar untuk memulai proyek baru. Bersiap-siaplah sebelum waktu kerja dimulai, dan tetap lakukan meeting seperti yang biasa dijadwalkan.
Bekerja dari rumah dapat memberikan keleluasaan untuk melakukan pekerjaan rumah lainnya. Tidak apa, tapi tetap perkirakan waktu demi menyelesaikan tanggungan di sekitar waktu pulang kerja.