Atas ramainya keriuhan tersebut, Kompasianer Giri Lumakto melihat ini lazim disebut dengan digital mob lynching (DMLy).
"Agak sulit menjelaskan DMLy. Namun secara umum, DMLy bisa dikatakan mengeroyok seorang tokoh dan sebuah akun beramai-ramai. Kejadian ibu Sitty adalah salah satunya," tulis Kompasianer Giri Lumakto. (Baca selengkapnya)
3. Pendidikan Seks yang Diajarkan Sejak Dini di Sekolah Jerman
Sebenarnya anak-anak di Jerman sejak usia dini telah diajarkan di rumah, juga di Kindergarten, untuk tidak diizinkan siapapun menyentuh bagian tubuh orang lain.
Tidak mudah memang mengajarkan anak tentang pentingnya mengenal fungsi dari organ-organ tubuhnya. Sedikit saja keliru menjelaskan kita bisa diserang pertanyaan-pertanyaan lain yang jauh lebih sulit.
Sama seperti yang dialami oleh Kompasianer Hennie Triana saat anaknya bertanya: dulu aku di dalam perut mama, ya? Bagaimana aku bisa keluar dari sana?
"Untuk masalah sakit ini saya memang sengaja menjawab seperti itu, bukan karena ingin berbohong, tetapi rasa sakit itu relatif dan saya tidak mau bayangan rasa sakit yang amat sangat melekat di pikiran dia," cerita Kompianer Hennie Triana. (Baca selengkapnya)
4. Mitos Harga Serba Murah di Jogjakarta
Sebagai perantau yang kini tinggal di Jogja, Kompasianer Abdul Muamar amat familiar dengan pernyataan ataun pengakuan: hidup di Jogja itu murah, semua serba murah.
Akan tetepai ketika sudah tinggal di sana yang justru dirasakan olehnya malah sebaliknya: Jogja serba murah itu mitos yang harus segera dibuang jauh-jauh.
Pada tulisannya kali ini, secara spesifik Kompasianer Abdul Muamar membahas mengenai harga buah saja, tidak yang lain.
Baik perantau apalagi warga asli, lanjuynya, sudah banyak yang sering mengeluh soal ini. Tidak semua buah, tentu saja, tetapi kebanyakan.
"Yang paling disayangkan adalah harga yang tidak pantas itu bukan harga buah impor yang memang tidak/jarang ditemukan di sini (seperti apel merah, kiwi, pir, prem, dan lain sebagainya), melainkan harga buah-buahan tropis yang tumbuh di mana-mana, seperti pisang kepok, nangka, cempedak, alpukat, dan durian," tulisnya. (Baca selengkapnya)