Akan tetapi apakah hanya alasannya sebegitu pragmatis karena gaji? Tidak adakah alasan lainnya? (Baca selengkapnya)
4. Kisruh Data dan Lemahnya Literasi Statistik
Melihat data statistik itu seperti pisau bermata dua: pada satu sisi akan ada yang tersenyum akan hasilnya, sedangkan pada sisi lain tidak jarang akan kecut dibuatnya.
Yang terburuk, bahkan, bila seorang pemimpin awam membaca statistik bisa-bisa ia memecat bawahannya ketika mendapati laporan statistik yang buruk.
Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa arif atau bijak membaca laporan statistik?
Bahwasanya ilmu statistik itu hanya sebuah alat untuk mendekati kebenaran. Pasti memiliki angka error atau galat.
"Yang perlu diawasi adalah tentang metode statistik yang digunakan dan bisnis proses menghasilkan data itu benar-benar sesuai dengan standar yang telah diakui dunia internasional," tulis Kompasianer Muhammad Aliem.
Hal tersebut, lanjutnya, sehingga bisa dijadikan bahan perbandingan secara universal. (Baca selengkapnya)
5. Anak Bekerja, Ayahnya Justru Leha-leha
seorang anak laki-laki sedang menangis terisak di belakang rumah Kompasianer Adjat Sudradjat. Usia anak tersebut kira-kira 14 tahun, Syaful, namanya.
Pagi itu, ketika anak-anak seusianya sedang duduk di sekolah ia justru hanya di rumah bekerja untuk membantu keluarga.