Politisi kawakan Partai Golkar, Indra J. Piliang (47) menulis sejarah panjang partainya pasca-reformasi 21 tahun lalu.
Walau sempat menggagas Konvensi Nasional Partai Golkar dalam mencari sosok Calon Presiden (Capres) RI tahun 2003-2004, tulisnya, ternyata tak membuahkan hasil positif.
Pasangan Wiranto - Salahuddin Wahid yang diusung Partai Golkar ternyata kandas dalam putaran pertama.
Sedangkan pada Pemilu 2009, Partai Golkar dan Partai Hanura mengusung Muhammad Jusuf Kalla - Wiranto. Kembali Partai Golkar tak berhasil mengalahkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono - Boediono.
Lalu, pada Pilpres 2014, Partai Golkar kesulitan mendapatkan mitra koalisi, sehingga dalam waktu yang sempit memutuskan untuk mengusung pasangan Prabowo Subianto - Hatta Rajasa.
"Butuh waktu 20 tahun bagi Partai Golkar guna memenangkan kontestasi Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) Republik Indonesia (RI) yang diselenggarakan secara langsung." tulis Indra J. Piliang.
Selain melihat sejarah panjang perjalanan Partai Golkar selama mengikuti kontestasi Pemilu, masih ada cerita menarik lainnya di Kompasiana selama sepakan ini. Salah duanya adalah gejala hoaks yang tak kenal strata pendidikan hingga munculnya akun-akun "Garis Lucu" di Twitter yang begitu menghibur kala kegaduhan politik hampir selalu mengisi lini massa kita.
Berikut 5 artikel terpopuler pekan lalu di Kompasiana:
1. Potret 5 Tahun Partai Golkar
Jelang Pilpres 2019 yang dilaksanakan serentak dengan Pemilu Legislatif (Pileg), Indra J. Piliang melihat Partai Golkar sama sekali tidak ada tanda-tanda memunculkan calon internal sejak Pilpres 2014 berakhir.
"Partai Golkar malah lebih sibuk dengan perpecahan internal, yakni dualisme kepengurusan," lanjutnya.
Dualisme kepengurusan partai baru usai pada Mei 2016. Tetapi, perubahan struktur kepengurusan terjadi.