Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

Ketika Golput Menjadi Pusat Perhatian Jelang Pencoblosan

8 April 2019   07:20 Diperbarui: 9 April 2019   20:02 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari pencoblosan Pemilihan Serentak 2019 akan berlangsung kurang dari dua minggu lagi. Hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi penyelenggara Pemilu 2019, sebab ini merupakan kali pertama Indonesia menggelar pemilihan presiden dan pemilihan anggota legislatif (Pileg).

Tidak hanya itu, Komisi Pemilihan Umum ( KPU) melakukan upaya yang maksimal dalam memfasilitasi pemilih untuk menekan angka golput di Pemilu 2019.

Sampai saat inipun KPU berupaya untuk memastikan semua orang yang sudah punya hak pilih dicatat dalam daftar pemilih pemilu.

Untuk menekan angka golput dengan alasan ekonomi, KPU membuat kebijakan yaitu meliburkan hari pemungutan suara, Rabu 17 April 2019. Dengan meliburkan hari pemungutan suara, diharapkan pemilih dapat sejenak meninggalkan pekerjaannya untuk pergi ke TPS.

Tidak hanya tentang obloran jelang pemilu yang semakin banyak diperbincangkan, tetap masih ada cerita tentang MRT yang kini sudah tidak lagi gratis hingga nasib para golputers yang terus dirayu.

Berikut adalah 5 artikel terpopuler di Kompasiana selama sepekan ini:

1. April Telah Tiba, Saatnya Mendinginkan Mesin Politik untuk Sesaat

Iskandarjet merasa tidak perlu memberitahu apalagi mengajak orang lain memilih sesuai dengan pilihannya. Bahkan dengan istri pun tidak.

Obrolan dengan istrinya di rumah biasanya seputar uang belanja, kondisi sekolah, dan jadwal kondangan sudah cukup menyibukkan kita berdua.

Ini merupakan kompetisi Jokowi-Prabowo Sesi II. Dari 2014, paslon yang diusung sama, partai utamanya juga sama.

"(Jika) Jokowi terpilih lagi, tidak masalah. Prabowo tidak terpilih lagi, tidak masalah. Jokowi meraih kemenangan kedua, bagus. Prabowo meraih kemenangan pertama, bagus," tulis Iskandarjet. (Baca selengkapnya)

2. Menggugat Kompetensi Calon Legislatif Kita

Ada cukup banyak ongkos yang mesti dikeluarkan bagi para legislator untuk bisa duduk di kursi parlemen. Kompasianer Adrian Chandra mengibaratkan, panggung pemilihan layaknya panggung perebutan pengaruh oleh antar calon legislatif.

Tetapi kemudian muncul anomali dari sebegitu mahal biaya yang mesti dikeluarkan mengapa bisa begitu banyak orang yang mencalonkan diri?

"Logikanya ketika ada aksi untuk menggelontorkan dana kampanya yang menurut kalkulasi dan hemat saya bisa lebih besar daripada gaji mereka ketika terpilih menjadi anggota legislatif," tulis Kompasianer Adrian Chandra.

Sebuah bentuk pemborosan yang sangat tidak perlu mengorbankan begitu banyak dana hanya untuk menjadikan kita dikenal dan dipilih oleh konstituen, bahkan ada yang mengatakan ini sebuah risiko finansial yang harus diambil ketika akan menjadi public figure. (Baca selengkapnya)

3. Seksinya Golput: Dirayu, Dihujat, Bahkan Diharamkan

Ternyata Golput itu sangat seksi. Saking seksi dan menariknya, menurut Kompasianer Yupiter Gulo, kini pusat perhatian dari semua orang.

Alih-alih menjadi rebutan para kontestan partai politik, Golput ternyata tidak mudah dibujuk dan dirayu. Kemudian malah membuat banyak orang geram, marah, dan benci.

Golput rupanya memiliki posisi tawar. Bagi Kompasianer Yupiter Gulo golput paham betul siapa dirinya dalam ruangan publik yang tersedia baginya. Golput juga paham secara hukum, Undang-Undang dan peraturan yang berlaku tentang dirinya itu.

"Sebab, golput itu hanya sebuah pilihan yang tersedia bagi sejumlah pemilih yang berhak untuk menggunakan hak pilihnya secara benar atau tidak. Jadi, tidak ada bedanya dengan sikap masyarakat untuk memutuskan mau makan atau tidak makan, mau bersekolah atau tidak mau bersekolah, atau hal-hal lainnya," tulis Kompasianer Yupiter Gulo. (Baca selengkapnya)

4. Mulai Berbayar, MRT Masih Sepi di Jam Sibuk

Sejak 1 April 2019 MRT Jakarta sudah mulai memberlakukan tarif bagi penumpang. Namun, masih ada diskon 50% hingga sebulan penuh.

Saat ini kartu yang bisa digunakan adalah keluaran MRT Jakarta untuk single-trip dan kartu elektronik keluaran bank yang sudah lazim digunakan untuk bayar tol, naik KRL hingga Transjakarta.

Selama dua hari merasakan naik berbayar dan selama dua pekan saya sudah rutin berangkat dan pulang kerja naik MRT Jakarta saat uji coba, Kompasianer Widi Kurniawan merasakan moda ini belum memenuhi ekspektasi jumlah penumpang.

"Sore hari sekitar jam 16 hingga 17 ketika saya naik, masih bisa dapat tempat duduk," tulisnya.

Jadi memang butuh waktu tidak sebentar untuk bisa mengalihkan seseorang yang biasa menggunakan kendaraan pribadi untuk beralih ke angkutan massal seperti MRT. (Baca selengkapnya)

5. Karena Perfilman Nasional Masih Terus Berbenah

Kompasianer Yonathan Christanto membayangkan, mungkin seorang Usmar Ismail tak akan pernah menyangka, 69 tahun setelah proses pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarainya membawa dampak yang begitu luar biasa bagi negeri tercintanya.

Bukan tentang film saja yang mengalami perkembangan di Indonesia. Lebih dari itu, menurut Kompasianer Yonathan Christanto, perfilman Indonesia juga semakin berkembang secara global.

"Berbagai sisi termasuk industri yang menaunginya, mengalami perkembangan yang signifikan hingga mampu merubah wajah perfilman nasional kita yang semakin cerah ke depannya," tulisnya.

Sebagai contoh film Dilan 1991, terlepas dari filmnya yang begitu cheesy bagi sebagian orang, faktanya ada 800 ribu penonton di hari pertama tayang menjadi rekor penonton hari pertama terbanyak.

Jumlah penonton itu bahkan mengalahkan Avengers: Infinity War yang sebelumnya bertengger di angka 545 ribu. (Baca selengkapnya)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun