Sebermula adalah tragedi longsor sampah yang terjadi di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005. Tidak tanggung-tanggung, 100 korban merenggang nyawa akibat kejadian tersebut.
Atas peristiwa tersebut Pemerintah Indonesia memperingatinya sebagai Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN), disusul dengan menerbitkan Undang-Undang Pengelolaan Sampah nomor 18 tahun 2008.
Namun, 10 tahun kemudian, Dr. Jenna Jambeck peneliti dari Universitas Georgia merilis temuan bahwa Indonesia penyumbang sampah plastik di lautan nomor 2 di dunia. Lantas, bagaimana cara kita memaknai Hari Peduli Sampah Nasional?
Bukan hanya peringatan Hari Peduli Sampah Nasional, minggu ini juga sedang ramai diperbincangkan tentang usulan Indonesia yang mengajukan diri menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Berikut 5 artikel terpopuler Kompasiana selama sepakan ini:
1. Peduli Sampah, Karena Bumi Bukan Hanya Milik Kita
Mengurangi produksi sampah, menurut Maria G. Soemitro, merupakan cara termudah untuk mengaplikasikan 3R: Reduce, Reuse, Recycle. Sebagaia contoh, bukankah lebih mudah mencuci rantang bekas makanan dibanding harus mengolah sampah plastik bekas makanan?
Juga, merapikan kembali reusable bag itu jauh lebih mudah dibanding mengurus kantong plastik gratisan yang akan berakhir menjadi mikroplastik dan mencemari lingkungan dari sungai hingga lautan.
Think before you act, lanjutnya, menjadi kunci. "Baik ketika berbelanja maupun dalam aktivitas sehari-hari. Jangan sampai berburu barang murah ternyata hanya berakhir menjadi sampah," tulis Maria G. Soemitro. (Baca selengkapnya)
2. Mempertahankan Keamanan Energi dan Tantangan Masa Depan Pemerintah Indonesia
Keamanan energi didefinisikan sebagai kemampuan menjaga ketersediaan sumber energi yang tidak terputus dengan harga yang terjangkau. Keamanan energi memiliki banyak dimensi, termasuk di dalamnya yaitu ketersediaan energi dalam jangka panjang.
Benny Dwika Leonanda mengingatkan, lemahnya keamanan energi akan berdampak terhadap ekonomi dan sosial bernegara.
"Jika tidak tersedia energi secara fisik atau harga yang tidak kompetitif dan/atau berfluktuasi akan berdampak negatif bagi ekonomi, sosial, dan keamanan negara," lanjutnya.
Inilah yang kemudian menjadi kekhawatiran terhadap keamanan pasokan terkait dengan kerusakan ekonomi yang disebabkan lonjakan harga yang ekstrim dalam waktu yang singkat. (Baca selengkapnya)
3. India, dari Film Tarian hingga Mengirim Astronotnya ke Luar Angkasa
Film Zero yang akan diperankan oleh megabintang Bollywood Shahrukh Khan, rasa-rasanya akan menjadi cikal bakal evolusi industri film-film India yang selama ini kita kenal dengan tarian dan nyanyi-nyanyian.
Anand L. Rai yang menyutradarai film tersebut menyebutkan bahwa film 'Zero' memiliki pesan optimisme bagi orang-orang yang bermimpi besar namun memiliki keterbatasan fisik dan dia ingin menyebarnya seperti virus untuk menarik perhatian dunia.
Lebih spesifik lagi, dalam tulisan Ratih Purnamasari, sepertinya Anand juga tengah memberi sinyal bahwa tidak lama lagi India (salah satu negara berkembang di Asia Selatan) akan mengirimkan astronotnya ke luar angkasa pada tahun 2022. (Baca selengkapnya)
4. Catatan Kritis Jika Indonesia Ingin Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2032
Setelah terbilang sukses menyelenggarakan Asian Games dan  Asian Para Games 2018 lalu, pemerintah Indonesia mengajukan diri sebagai salah satu calon tuan rumah Olimpiade 2032.
Memang belum ada tindak lanjutnya, namun melihat bagaimana pengajuan diri tersebut Bobby Steven memberi catatan penting untuk pemerintah. Satu dari kelima catatannya adalah sarana dan prasarana, serta infrastruktur yang memadai.
Memang hanya dalam waktu tiga tahun, setelah Indonesia menggantikan Vietnam menjadi tuan rumah karena alasan keuangan, mampu menyiapkan diri untuk pesta olahraga terbesar di Asia tersebut.
"Tampak bahwa kita masih perlu kerja keras membangun sarana olahraga yang memenuhi standar internasional. Banyak sekali uang yang dibutuhkan untuk hal ini. Perlu perencanaan anggaran yang matang untuk memastikan kita memiliki arena olahraga yang baik," tulis Bobby Steven. (Baca selengkapnya)
5. Pelajaran dari 30 Hari Berhenti Merokok
Seperti melaksanakan ibadah puasa Ramadan, esensi berhenti merokok selama 30 hari yang dilakukan  Alvi Anugerah yaitu, mesti benar-benar menahan godaan dan hawa nafsu untuk tidak mengisap asap rokok justru 11 bulan berikutnya.
Ada 3 langkah yang ia gunakan ketika puasa merokok: (1) melakukan dengan komitmen nazar, (2) beritahu teman sesama perokok di lingkungan kita, dan (3) pembuktian lelaki yang bisa menjalankan komitmen.
"Awalnya, saya mengira akan "menjauhi" teman-teman saya yang merokok karena khawatir akan menggoda, ternyata tidak," katanya. "Saya masih bisa bersahabat dengan 'geng sebat' (istilah untuk sebuah kelompok perokok) tanpa mesti ikut mengisap rokok," lanjut Alvi Anugerah. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H