Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

Inilah Reaksi dan Tanggapan Kompasianer dari RUU Permusikan hingga Puisi "Doa yang Tertukar"

12 Februari 2019   16:16 Diperbarui: 13 Februari 2019   18:55 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anang Hermansyah Saat ditemui usai pertemuan dengan pegiat musik untuk membahas Draft RUU Permusikan di Cilandak Town Square, Jakarta Selatan, Senin (4/2/2019).(KOMPAS.com/IRA GITA)

"Jika RUU Permusikan disahkan, maka konser Blackpink di Indonesia selanjutnya akan ada kolaborasi Lisa, Jennie, Jisoo, dan Rose dengan Via Vallen."

Dari apa yang ditulis Bobby Steven, tampak bahwa masyarakat cukup reaktif menyampaikan pandangannya mengenai beberapa pasal dalam rancangan RUU Permusikan.

Pasal 5 Draf RUU Permusikan, misalnya, tertulis bahwa melarang para musisi membawa budaya barat yang negatif, merendahkan harkat martabat, menistakan agama, membuat konten pornografi hingga membuat musik provokatif.

Bobby Steven menegaskan terhadap kalimat "larangan membuat musik provokatif". Musik itu semestinya jadi lahan ekspresi, menurutnya, lewat musik bisa menjadi corong kritik terhadap pemerintah dan atau gejala sosial negatif. 

"Kalau sedikit mengkritik saja lantas dihukum, malang nian nasib musisi pemberani," tulisnya.

Selain kehebohan tentang RUU Permusikan, masih ada artikel menarik lainnya seperti menakar baik dan buruknya menggunakan Global Positioning System (GPS). Mahkamah Konstitusi menolak gugatan yang bertujuan melarang penggunakan Global Positioning System (GPS) saat berkendara. 

Tidak hanya itu, penyair Khrisna Pabichara juga membuat ulasan tentang puisi yang dibuat politikus dan Ketua DPR, Fadli Zon, "Puisi yang Tertukar". Barikut adalah artikel-artikel terpopuler di Kompasiana selama sepekan ini:

1. Kata RUU Permusikan, Konser Blackpink Wajib Ditemani Via Vallen

Ratusan musisi dan penikmat musik ramai-ramai memprotes draf RUU Permusikan. Mereka menilai draf RUU ini memuat sejumlah pasal ganjil dan tumpang-tindih terhadap UU yang sudah ada.

Sebagai contoh, Pasal 19 menyatakan, "Promotor musik atau penyelenggara acara musik yang menyelenggarakan pertunjukan musik yang menampilkan pelaku musik dari luar negeri wajib mengikutsertakan pelaku musik Indonesia sebagai pendamping."

Menurut Bobby Steven, rumusan draf pasal 19 ini memuat istilah yang tidak jelas maksudnya. Perhatikan kalimat yang terdapat pasal tersebut: menampilkan pelaku musik dari luar negeri wajib mengikutsertakan pelaku musik Indonesia sebagai pendamping.

"Apakah artinya Lisa Blackpink wajib didampingi Via Vallen saat berkonser di Indonesia? Apa arti "mendampingi"? Apakah Via Vallen harus tampil sebagai penyanyi di awal konser? Ataukah Via Vallen cukup duduk cantik di dekat Lisa Blackpink? Tak jelas penafsiran pasal 19 ini," lanjutnya (baca selengkapnya).

2. Antara Mengejar Kualitas Hidup dan Perilaku Boros

Berbicara mengenai perilaku boros biasanya berbanding lurus dengan gaya hidup konsumtif. 

Gaya hidup ini di sisi lain dapat memuaskan seseorang, namun di sisi lain dapat menjerumuskan kehidupan seseorang. Ini terjadi apabila seseorang memaksakan gaya hidup konsumtif yang tidak sesuai dengan kemampuannya. 

Menurut Gatot Tri, gaya hidup mampu membuat seseorang memiliki hutang kartu kredit yang besar. Padahal membayar tagihan minimal saja tidak mampu.

Menilai diri kita boros memang relatif. Pada dasarnya tidak ada standar tertentu yang mengkategorikan kita boros atau tidak boros (baca selengkapnya).

3. Menakar GPS, Bahaya dan Faedahnya

Memperhitungkan dan mempertimbangkan, adalah cara terbaik dalam menakar suatu hal berdasarkan tingkat rasionalisasi dan akal sehat atas dua pilihan.

Sebagai contoh, Muis Sunarya coba menakar penggunaan Global Positioning System (GPS) dalam berkendara.

"Kalau bahayanya lebih besar, maka lebih baik diabaikan atau dihindari saja menggunakan GPS itu. Tidak menggunakannya lebih penting dan signifikan," tulisnya.

Namun, realitasnya bahwa penggunaan GPS dapat mengganggu konsentrasi dalam berkendara dan membahayakan (baca selengkapnya).

4. Begini Ketatnya Menjaga Ketersediaan Air Baku di Batam

Saat ini ketersediaan air baku yang cukup di Batam, Kepulauan Riau, menjadi konsen utama.

Lama tinggal di Batam, Cucum Suminar menyadari tidak ada air sungai yang melimpah seperti kota-kota di Pulau Jawa dan Sumatera, tak ada pula mata air yang mengalir deras seperti layaknya di kota lain. 

"Air baku sepenuhnya hanya mengandalkan air tadah hujan yang ditampung di waduk yang dibangun oleh Otorita Batam/BP Batam," katanya.

Menurut catatannya, saat ini ada 5 waduk yang aktif digunakan, yakni Waduk Sei Harapan yang memiliki daya tampung 3.600.000 m3, Waduk Sei Nongsa dengan daya tampung 720.000 m3, Waduk Sei Ladi 9.490.000 m3, Waduk Mukakuning 12.270.000 m3, dan Waduk Duriangkang dengan daya tampung air baku mencapai 78.180.000 m3.

Begitu terbatasnya sumber air baku membuat pemerintah, melalui BP Batam, sangat menjaga ketersediaan air baku yang ditampung di lima waduk tersebut. (baca selengkapnya)

5. Fadli Zon dan Doa yang Ditukar

Tindak-tanduk Fadli Zon kembali menuai kritik. Alumnus jurusan Sastra Rusia UI yang kini bertugas di Senayan sebagai wakil rakyat itu menganggit puisi dengan judul "Doa yang Ditukar". 

Puisi anggitannya itu, menurut penyair Khrisna Pabichara, sederhana, tetapi nyelekit. 

"Sederhana karena mirip judul sinetron, nyelekit karena beberapa pihak menengarai puisi tersebut menghujat Mbah Moen, seorang ulama karismatik," lanjutnya.

Namun, yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah puisi tersebut menghujat ulama sepuh yang sangat dihormati umat? (baca selengkapnya)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun