"Tulisan yang gurih berasal dari penulis yang piawai memilih diksi dan kaya akan rasa kata, fasih meracik kalimat dan khatam tata makna, mahir meramu wacana dan cerdas secara gramatikal," tulisnya. (Baca selengkapnya)
3. Mengapa Harus Cemas Lihat Simbol Agama Lain?
Sebuah organisasi kemasyarakatan menggelar demo di kantor Balai Kota Surakarta pada Jumat, (18/01/2019) . Aksi ini dipicu oleh sekelompok orang yang merasa keberatan dengan ornamen menyerupai salib yang dicat pada badan Jalan Jenderal Sudirman, di depan kantor Balai Kota.
Ornamen yang diprotes sesungguhnya ialah kreasi paving berwarna di sekitar Tugu Pamandengan. Taufan Basuki, pejabat pembuat komitmen proyek tersebut berharap masyarakat tidak salah persepsi dalam melihat desain ornamen itu. Pasalnya, gambar pada paving dimaksudkan sebagai ornamen simbol arah mata angin yang terinspirasi dari filosofi Kasunanan Surakarta.
Peristiwa demo tolak "salib" di depan Balai Kota Solo ini, bagi Bobby Steven mengingatkan akan kejadian intoleransi yang terjadi akhir-akhir ini.Â
"Pertama, insiden pemotongan nisan salib di pemakaman umum Jambon, Kotagede, Yogyakarta, hingga hanya berbentuk "T" Desember 2018 lalu. Kedua, perusakan makam nasrani dan muslim di Magelang awal Januari 2019," tulisnya. (Baca selengkapnya)
4. Merindukan Soeratin
Bagi Arnold Adoe, Soeratin adalah sosok yang amat berani mengambil risiko. Meski gajinya terbilang besar saat itu (1000 gulden) tetapi ia meninggalkan jabatannya di perusahaan konstruksi milik Belanda Bouwkundig Bureu Sitsen en Lausada di Yogyakarta demi sepak bola.
Bersama kawan-kawannya, Soeratin bergerak untuk  mengirimkan surat kepada seluruh bond pribumi agar ambil bagian dalam tahap awal perjuangan nasional melalui sepak bola.
"Organisasi baru itu diberi nama Persatuan Sepak Raga Seluruh Indonesia (PSSI). Setelah diadakan voting maka dipilih  Ir Soeratin dan Abdul Hamid menjabat sebagai Ketua dan Wakil Ketua," tulis Arnold Adoe.
Ada kutipan Soeratin yang masih aktual dan pantas kita ingat. Terlebih, PSSI yang dulu didirikan oleh Soeratin, kini tengah mengalami masa krisis:Â
"Perlawanan memperjuangkan kehormatan bangsa. Kami orang Indonesia, pantas dan dapat bermain sepak bola." (Baca selengkapnya)