Nama Zarry Hendrik tiba-tiba mencuat manakala memulai bisnis "merangkai kata". Ia menawarkan jasa tersebut kepada pemilik akun Instagram yang memerlukan serangkaian kata-kata khas untuk caption, apakah itu kutipan (quote), dan jenis pesan lainnya.
Sejatinya apa tengah digeluti Zarry Hendrik ini mirip copywriting, menurut Bambang Trim.
"Jadi, sejatinya mirip copywriting untuk menguatkan jenama diri (personal brand) seseorang," tulisnya.
Bisnis seperti itu lazimnya memang bukanlah hal baru. Bahwa kemampuan untuk merangkai, mematut, atau merajut kata-kata yang ternyata juga memiliki potensi bisnis.
Tidak hanya seputar bisnis baru Zarry Hendrik yang kini tengah ramai diperbincangkan warganet, masih ada kisah menarik lainnya seperti trik mencari jodoh bagi penulis dan pejuang bagi para suksesi penenun di Indonesia. Berikut 5 artikel utama di Kompasiana pada pekan lalu:
1. Jualan Jasa Kata-kata itu Nyata
Membuat caption di Instagram, menurut Bambang Trim, sebenarnya dapat dikerjakan dalam hitungan jam, bahkan menit.
"Namun, jika yang meminta sehari lebih dari 10 orang, ya penulisnya memerlukan "ritual" khusus untuk merenung," lanjutnya menanggapi fenomena bisnis merangkai kata yang kini digeluti Selebgram Zarry Hendrik.
Dalam buku bertajuk How to Start and Run a Writing & Editing Business (diterjemahkan oleh Grasindo) yang ditulis Herman Holtz, bisnis menjual kemampuan merangkai, mematut, atau merajut kata-kata ini sebenarnya bukanlah hal baru. Bisnis ini akan semakin bertumbuh kembang. Apalagi bisnis yang terlihat receh ini diakui Zarry dapat menghasilkan pendapatan kotor Rp 40 juta sebulannya.
"Pasti juga kemudian ada yang berpikir untuk memberikan jasa yang sama," ungkap Bambang Trim. (Baca selengkapnya)
2. Harga Bagasi Pesawat Bukan Hanya soal Rupiah per-Kilo
Lion Air memberlakukan ketentuan baru tentang bagasi untuk penerbangan domestik. Sebenarnya Air Asia telah memiliki penetapan semacam ini di tahun 2018, sementara Citilink diberitakan akan mengikuti.
Melihat kenaikan ini Leya Cattleya mengamati apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan maskapai kita?
Mengutip studi yang diluncurkan University of Kansas pada 2017, Lena Cattleya mencatat bahwa penetapan harga bagasi meningkatkan efisiensi, khususnya terkait ketepatan penerbangan.
"Di Indonesia sendiri, banyak aspek dan variabel harga tiket sebetulnya sudah menjadi bagian kebijakan perusahaan penerbangan. Mulai dari minuman dan makanan yang diberi harga sampai dengan warna kursi," lanjutnya. (Baca selengkapnya)
3. Krisis Suksesi Pemangku Tenun Tradisi Nusantara
Kain tenun tradisi adalah sesuatu yang sangat indah dan eksotis. Felix Tani menjelaskan selembar kain tenun sebenarnya adalah artefak teks budaya, dan itu sungguh mengagumkan, mungkin tidak banyak orang yang menyadari.
"Selembar kain tenun tradisi, dalam kelompok etnik manapun di nusantara ini, adalah lembar teks budaya yang bersifat spesifik," lanjutnya.
Namun, jika krisis suksesi pemangku tenun tradisi tak terpecahkan, dalam arti tidak ada regenerasi, maka niscaya tradisi menulis teks budaya pada selembar kain tenun akan punah. (Baca selengkapnya)
4. Tiga Trik Mencari Jodoh
Khrisna Pabichara membagikan pengalamannya ketika betapa sulitnya naskah novel terbarunya ditulis bertemu dengan penerbit. Bahkan sempat terpikir untuk melupakannya untuk bisa dilahirkan.
"Novel itu mengalami nasib perih: pinangan ditolak mentah-mentah," tulisnya.
Namun, yang menarik disimak dari proses lahirnya buku tersebut adalah tekat dan tidak lekas menyerah. Berikut trik yang bisa dipraktikan bagi siapapun yang ingin mencoba menerbitkan buku di sini.
5. Ojek Troli hingga Berburu "Blue Fire" di Kawah Ijen
Bermodal cerita teman yang pernah mendaki ke kawah Ijen dan informasi para traveller yang diunggah di dunia maya, Tri Lokon mencoba sendiri pergi ke Gunung Ijen, Bondowoso, Jawa Timur untuk berburu "blue fire".
Tiket masuk pendakian per-orang pada hari biasa dikenakan biaya Rp5.000, sedangkan untuk wisatawan asing tiket masuknya Rp150.000. Tapi yang menarik adalah ada ojek troli untuk pendaki yang tidak kuat naik.
"Sekitar Rp 700 ribu, tetapi tanjakan sejauh 1,5 km dengan kemiringan 40 derajat, dapat dilibas dengan troli," ungkap Tri Lokon.
Di sepanjang jalur pendakian tersedia tempat untuk istirahat yang dilengkapi toilet. Sayangnya fasilitas umum ini jorok dan terkesan terbelengkai. Konon, ketersediaan air sangat minim. (Baca selengkapnya)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H