Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Seberapa Besar Antusias Masyarakat Indonesia dalam Berbelanja pada Momen "Black Friday"?

25 November 2018   17:26 Diperbarui: 28 November 2018   17:44 2237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi sebagian kalangan, Black Friday mungkin masih asing terdengar dan terkesan mencekam. Tapi bagi shoppaholic, Black Friday momen paling ditunggu. Pasalnya Black Friday merupakan hari di mana brand-brand besar mendiskonkan produknya secara serentak, termasuk di Indonesia.

Black Friday di Indonesia mulai ramai beberapa tahun belakangan ini seiring dengan perkembangan teknologi dan tren belanja di kalangan masyarakat. Dan antusiasmenya pun cukup mengejutkan.

Berdasarkan situs pencarian kupon diskon toko online asal Polandia, picodi.com menyebutkan bahwa sebanyak 33 persen warga Indonesia yang disurvei mengakui bahwa mereka akan ikut serta pada festival diskon Black Friday.

Sebagian besar konsumen (59%) akan membeli 2-3 produk, dan hanya sebagian kecil (13%) akan berbelanja dan akan membeli lebih dari 5 barang. Terlebih lagi, 3 dari 10 pembeli sudah tahu produk apa mereka beli.

"Hal ini dapat disebabkan oleh banyaknya panduan belanja tentang barang apa yang layak dibeli dan bagaimana menemukan diskon paling besar," demikin keterangan tertulis picodi.com

Di Amerika maupun Eropa biasanya Black Friday hadir dalam menyambut Hari Raya Natal yang hadir di penghujung tahun. Namun berbeda dengan di Indonesia, kebanyakan konsumen memanfaatkan momen ini untuk membeli keperluan pribadi.

"Di Indonesia Black Friday adalah kesempatan untuk mendapatkan hadiah untuk diri sendiri (57% responden memilih jawaban ini) atau membeli keperluan rumah tangga (30%)," ungkap picodi.com

Umumnya, dalam urusan berburu diskon identik dengan kaum perempuan. Namun temuan picodi.comberbeda, "bahwa rata-rata pria akan menghabiskan lebih banyak uang untuk belanja daripada rata-rata wanita: Rp1,205,000 dan Rp770,000 secara berturut turut."

picodi.com
picodi.com
Istilah Black Friday sendiri bukan tidak memiliki nilai hsitoris. Ketika itu, 24 September 1869 Amerika Serikat dilanda krisis keuangan yang terjadi melalui pasar emas, sebagaimana dilansir history.com.

Sebab musabab krisisnya Amerika tak lepas dari dua pemodal Wall Street ternama, Jay Gloud dan Jim Fisk. Keduanya bekerja sama untuk membeli emas sebanyak-banyaknya dan semurah-murahnya dengan tujuan untuk dijual dengna harga setinggi-tingginya.

Sayang, kerja sama mereka terhenti di tengah jalan dan terjadi di hari Jumat bulan September. Dampak dari terhentinya kerja sama Jay dan Jim adalah jatuhnya pasar saham di Amerika. Sejak itulah istilah Black Friday muncul.

Sumber lain mengatakan, Black Friday dimunculkan kepolisian Philadephia, Amerika Serikat, untuk menggambarkan kemacetan hebat di sekitar kota lantaran membludaknya masyarakat di pusat-pusat perbelanjaan bertepatan dengan momen Thanksgiving di sana. (ibs)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun