Organisasi Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mengungkapkan selama periode Juli-September 2018, terdapat 230 hoaks yang terjadi. Mafindo menilai perkembangan hoaks saat ini sangat cepat.
Presidium Mafindo Anita Wahid menjelaskan bahwa terjadi peningkatan produksi hoaks dari tahun ke tahun. Menurutnya, data tentang hoaks pada enam bulan terakhir di tahun 2015 menunjukkan terjadi 61 hoaks atau rata-rata 10 hoaks per bulan.
"Produksi hoaks meningkat di tahun 2016 menjadi 330, atau 28 hoaks per bulannya. Dan di tahun 2017 naik signifikan, yaitu 710 hoaks atau 59 hoaks per bulan," ujarnya dalam diskusi bertajuk "Negara Darurat Hoax?" di Kementrian Informasi dan Komunikasi, Jakarta, Selasa (16/10/2018).
Ia juga memaparkan, produksi semakin meningkat dalam tiga bulan terakhir ini, terutama menyangkut isu politik.
"Bulan Juli total ada 65 hoaks beredar, 46 persennya adalah hoaks politik. Agustus terdapat 79 hoaks dan 63 persennya konten politik dan meroket tinggi pada September, yaitu 86 kasus hoaks, 59 persennya isu politik," terangnya.
Sementara Harry Sufehmi yang juga merupakan Presidium MAFINDO menyampaikan untuk mencegah hoaks masyarakat tidak bisa hanya mengandalkan teknologi, sedangkan yang bisa mencegah adalah penggunanya sendiri.
"Masalah di masyarakat itu harus diselesaikan oleh masyarakt itu sendiri. Masyarakt itu adalah kita semua, bukan hanya Mafindo," ujarnya.
"Tidak cukup hanya pemerintah, tetapi kita juga harus berkolaborasi," ditambahkan Ketua Presidium MAFINDO, Septiaji Eko Nugroho.
Sutopo diganjar penghargaan sebagai Tokoh Teladan Anti Hoax Indonesia dari Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) yang dinilai gigih menyebarkan informasi kebencanaan yang benar, dan juga aktif dalam meredam berita bohong atau hoaks soal kebencanaan.
Selain itu ia juga meraih penghargaan karena dedikasinya atas komunikasi kemanusiaan sekaligus dinobatkan sebagai Communicator of the Year 2018 dari Kominfo dan Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia.