***
Lilik Fatimah Azzahra membuka ceritanya seperti ini: Ada yang bilang, jika nasibmu selalu sia peliharalah seekor kucing, maka keberuntungan akan menghampirimu.
Pada awal cerpen itu kita sudah disuguhi bagaimana kita mesti bersikap: meyakini untuk kemudian dipercayai atau tidak.
Lantas bagaimana jika kita tidak mempercayainya? Apakah cerita itu sekadar dikhususkan untuk orang-orang yang menyukai kucing? Bagaimana dengan yang tidak?
Suka atau tidak, cerita yang disajikan Lilik Fatimah adalah seputar orang yang tidak menyukai kucing. Kucing yang dibawa oleh anak gadisnya, Denok, ke rumah. Kucing itu dibawa dengan sebuah kardus setelah ditemukan di pinggir jalan.
Cerita tentang kucing itu kemudian dihubungkan dengan kisah legenda Nyai Ateh dan kucingnya. Kepergian Nyai Anteh itu karena terus dikejar oleh Raden Anantakusuma.
Pada saat terdesak itu, barulah kemudian Nyai Anteh pergi ke bulan bersama kucing kesayangannya. Pergi begitu saja. Seperti kucing yang semula ditemukan Denok dan dibawa ke rumahnya itu.
***
Tradisi sastra dongeng adalah sebuah proses yang terus berkembang. Mungkin, semakin berkembangnya zaman, dongeng bisa kita sangsikan eksistensinya.Â
Namun, untuk selalu yang bertumbuh, seperti dongeng, yaitu dengan mengembangkan dengan kreativitas --bukan dengan menjaga awal ceritanya. Segelap apapun dongeng itu, selucu appaun kisah dongeng tersebut. (hay)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H