Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Wahai Pejuang LDR, Bersatulah!

6 Juli 2018   06:22 Diperbarui: 19 Januari 2019   08:17 5765
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang percaya: hubungan jarak jauh (atau, LDR) tidak akan berjalan dengan baik. Mempertahankan yang dekat saja sulit, bagaimana dengan yang jauh?

Tidak ada yang mengatakan itu akan mudah --jarak ekstra membuat banyak hal tidak bisa diraih. Hal-hal sederhana bisa menjadi rumit, dan terkadang dalam hubungan-jarak-jauh akan lebih merasa sedih dan kesepian.

Bahkan jurnal yang ditulis Sahlstein EM dalam Journal of Social and Personal Relationships (2004) menjelaskan, pada titik paling ekstrem hubungan-jarak-jauh bekerja untuk mempertahankan hubungan selama periode perpisahan. Adakah cinta atau hubungan yang dipertahankan?

Cinta, dalam bayangan Friedrich Nietzsche, bisa menjadi naluri yang paling malaikat dan stimulus terbesar kehidupan.

Namun yang terlalu sering, cinta itu, bermanifestasi sebagai keinginan yang rakus dan dekaden untuk memiliki. Bahkan dalam pikirannya yang paling liar, para pecinta itu menurut Nietzsche, seperti "naga yang menjaga menimbun emasnya".

Ahmad Rury menjelaskan, konsekuensi menjalani hubungan-jarak-jauh itu terdapat pada rasa curiga dan penasaran meski seringnya bertatap muka pada layar digital. Bermodalkan (saling) percaya, adalah satu di antara cara untuk tetap mempertahankan hubungan tersebut.

Sayanganya, manusia kerap kali berasumsi dan bermain-main dengan perasaan yang kita perankan sendiri.

"Jadikan momen penantian untuk mengasah kedewasaan berpikir kedua pihak, bagaimana menumbuhkan rasa saling percaya, mempertahankan, dan belajar bersabar," lanjutnya.

Namun menjadi menarik ketika Journal of Sex and Marital Therapy di tahun 2015 menurunkan laporan tentang hubungan negatif dari hubungan-jarak-jauh itu. Yakni, hubungan jarak jauh mungkin lebih berkualitas dan lebih stabil daripada yang mungkin kita asumsikan ---tetapi hanya jika kondisi tertentu terpenuhi.

Agung Noerwahid seakan membenarkan laporan tersebut. Dalam artikelnya yang berjudul Tips Mengarungi Lautan "LDR", ia menuliskan tujuh (7) cara bertahan dalam hubungan-jarak-jauh itu. Satu di antaranya adalah mengelola pertengkaran.

Pertengkaran memang bukan hal yang menyenangkan untuk dilakukan, tulis Agung Noerwahid. Namun, pertengkaran menjadi suatu hal yang krusial jika kamu sedang menjalani hubungan jarak jauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun