Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Sekali Dayung, 7 Kisah dari Pulau 1000 Sungai Terlampaui

26 Juni 2018   07:30 Diperbarui: 27 Juni 2018   14:15 2786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi sungai Kapuas (imgur.com/ariefsantosa)

Di Kalimantan Selatan, kami mendapatkan sosok inspiratif yang melestarikan hutan mangrove. Kabar ini kami dapatkan dari artikel yang ditulis Motulz Anto berjudul Kisah Seorang Ibu yang Mengubah Desanya di Kalimantan Selatan.

 Cerita ini dia dapatkan ketika dia diundang oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (Indocement) bersama beberapa teman blogger lainnya untuk melihat-lihat beberapa aktivitas dan inisiatif dari masyarakat di sana berkolaborasi dengan Indocement di Kotabaru.

Adalah ibu Adawiyah, seorang mantan tenaga kerja Indocement yang sehari-hari membuat makanan ringan sebagai oleh-oleh khas Kotabaru, merupakan salah satu motor penggerak gerakan menanam kembali hutan mangrove yang gundul setelah dibabat masyarakat untuk dijadikan kayu bakar.

Ibu Adawiyah (foto milik @motulz)
Ibu Adawiyah (foto milik @motulz)
Ibu Adawiyah bersama masyarakat desa berupaya menanam kembali pepohonan di kawasan hutan mangrove agar tidak terjadi abrasi. Inisiatif ini sudah dilakukan sejak tahun 2014 yang kemudian mendapatkan dukungan dari Indocement.

Dengan dukungan yang baik, sudah hampir 21 ribu lebih batang pohon yang ditanamkan di kawasan yang luasnya lebih dari 14 hektar. Bahkan, saat ini kawasan hutan mangrove di desa ini menjadi tempat wisata masyarakat di Kotabaru. Inspiratif sekali ya!

Jika kabar dari Kalimantan Selatan kami mendapatkan sosok inspiratif, maka dari Kalimantan Timur kompasianer Aal Arby Soekiman mengabarkan keistimewaan kawasan konservasi yang diapit oleh dua kota besar di provinsi tersebut.

Kawasan ini dinamakan dengan Taman Hutan Raya (Tahura). Ketika Anda melakukan perjalanan darat antara Balikpapan -- Samarinda, hutan ini akan menyapa Anda dari kedua sisi.

Gerbang Tahura (Dok: Kompasianer Aal Arby Soekiman)
Gerbang Tahura (Dok: Kompasianer Aal Arby Soekiman)
Kawasan ini dulu menjadi kawasan yang sangat dibanggakan Bapak Soeharto karena seluruh perusahaan hak pengusahaan hutan dan pertambangan harus menanam benih pohon sebagai upaya program reklamasi pengganti. Peraturan ketat tentang pendirian bangunan di kawasan ini membuat hutan ini sangat asri.

Dengan luas 61ribu Ha, kawasan ini menyimpan kekayaan flora dan fauna. Dari pohon meranti, keruing, mahang, mengkungan, hora, medang, kapur, kayu tahan, keranji, dan perupuk. Kawasan ini juga dihuni oleh orangutan, beruang madu, macan dahan landak, dan rusa sambar.

Namun seiring perkembangan waktu, kawasan hutan ini terancam karena pertumbuhan ekonomi. Peraturan pun senantiasa berubah yang mempermudah pertumbuhan ruas jalan baru di beberapa titik kawasan ini.

Hal yang disayangkan penulis, Taman Hutan Raya terancam eksploitasi akibat terbitnya kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat yang mempermudah aktivitas penambangan di dalam kawasan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun