Titik pusat pada petak sawah berbentuk formasi jaring laba-laba dan arsitektur rumah berbentuk kerucut merupakan simbol bahwa setiap orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses titik pusat, kepada Yang Ilahi.
Setelah melihat keunikan budaya yang ada di Manggarai, bolehlah kita rehat sejenak sambil menikmati angin pantai dan matahari tenggelam di Kupang.
Salah satu spot menarik menikmati senja di Kupang adalah Pantai Kopan. Alasan tempat ini terasa eksotis adalah suasana air di sana begitu tenang. Selepas pandang ke barat letak matahari tenggelam, tampak siluet sebuah pulau kecil bernama Pulau Semau.
Selain itu, di Pantai Kopan terdapat banyak kuliner dan ada beberapa bangunan bersejarah yang menggambarkan warisan wajah Kupang masa lalu. Tak heran, kalau hampir setiap hari, Pantai Kopan ramai dikunjungi para penduduk dari sekitaran kota Kupang.
Tak hanya menikmati, selayaknya keindahan alam perlu dikelola supaya terealisasai konsep pariwisata yang berkelanjutan. Karenanya, ada pula Kompasianer yang tidak hanya menyoroti tentang potensi alam, tetapi juga mengajak kita memiliki wawasan lingkungan.
Janice, merangkum fakta melalui "Dampak Industri Pariwisata Bahari terhadap Keseimbangan Ekosistem Kelautan"di Indonesia. Ia menyoroti di antaranya fenomena di Bali, Lombok, sampai ke Kepulauan Karimun Jawa.
Wisata yang seharusnya memperkaya pengetahuan manusia akan kekayaan ekosistem laut Indonesia justru menyebabkan kerusakan alam itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan program (salah satunya) konservasi terumbu karang yang mengikutsertakan wisatawan dan penduduk lokal sebagai pelaku utama dalam memelihara ekosistem laut, terutama ekosistem terumbu karang.
Pemahaman yang kurang baik dalam menjaga lingkungan, hal lain yang sering dijumpai adalah fenomena salah kaprah dalam pengelolaan tempat wisata. Seperti pembangunan infrastruktur yang asal-asalan, fasilitas umum yang tidak memenuhi standar, serta kurangnya keterlibatan masyarakat sekitar.
Ketiga rangkaian tersebut idealnya harus diperbaiki dan bersinergi, sebab, jangan sampai, tempat wisata yang awalnya diharapkan menjadi ladang berkah, dikarenakan manajemen pengelolaan buruk, malah berubah jadi musibah; kerusakan lingkungan dan kesenjangan sosial.
Menurutnya, tingginya persentase kunjungan wisatawan mancanegara dibanding wisatawan asing seharusnya tak menjadi alasan disingkirkannya Bahasa Indonesia dari ragam media informasi. Sebaliknya, Bahasa Indonesia dan bahasa daerah seharusnya menjadi bahasa yang utama digunakan untuk mendukung bertumbuhnya angka kunjungan wisatawan domestik.
Penyingkiran Bahasa Indonesia dari media informasi dapat menciderai undang-undang, selain dapat memunculkan kebingungan pengunjung domestik.