Usai sudah Topik Pilihan #KabarDariSeberang untuk regio Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Jambi, dan Bengkulu. Selama satu minggu Kompasianer telah membagikan beragam cerita menarik, mulai dari wisata hingga pengalaman menghadapi birokrasi instansi pemerintahan setempat. Bahkan tersaji pula cerita tentang budaya khas setempat yang jarang diketahui masyarakat Indonesia. Contohnya nama daerah Riau dan Kepulauan Riau (Kepri), meski memiliki nama yang sedikit sama, kedua daerah ini merupakan dua provinsi berbeda dan memiliki kekhasan masing-masing.
Di Riau misalnya, provinsi yang terletak di bagian tengah Sumatera ini memiliki tradisi tari langka bernama Zapin Api yang berasal dari Pulau Rupat. Tradisi ini menampilkan tarian yang diiringi petikan dawai gambus dan alunan gendang. Seperti dikutip dari Tribun Pekanbaru, dibutuhkan lima pemain Zapin Api, tiga pemukul kompang, dua pengawas api dan satu khalifah pemain gambus. Tali alat musik gambus harus berjumlah tujuh, mengacu pada surat Al Fatihah yang berjumlah tujuh ayat.
Ketika alat musik dimainkan, para penari akan langsung beraksi. Pada suatu momen, para penari tanpa dikomando akan menembus kobaran api dari serabut kelapa yang sudah dibakar sebelumya. Sesekali mereka akan mengambil serabut kelapa yang berkobar, kemudian digosokkan ke badan hingga memunculkan percik api.
Selain memiliki budaya yang eksotik, Riau juga kaya akan spot-spot menarik untuk dikunjungi. Bila ingin berlibur sambil menggali ilmu pengetahuan, mengunjungi gedung Perpustakaan Soeman HS Riau adalah pilihan yang tepat. Gedung ini memiliki arsitektur unik berbentuk rekal atau tempat baca buku yang ditopang oleh tiang-tiang penyangga yang tinggi.
Menurut Kompasianer Dizzman, gedung perpustakaan ini berdiri dengan enam lantai dan berisi berbagai macam buku berjumlah sekitar 240.000 buah. Di lantai dasar terdapat diorama gambar yang menceritakan sejarah Kerajaan Melayu Riau pada sekitar abad ke-16 Masehi hingga zaman kemerdekaan.
Kemudian bergeser ke Kepulauan Riau (Kepri), daerah ini merupakan provinsi baru hasil pemekaran dari Riau. Dengan wilayah yang sebagian besar berupa kepulauan, Kepri memiliki kebudayaan yang beragam. Bila sedang berada di sana, cobalah untuk mampir ke Tanjung Balai Karimun. Di sini terdapat berbagai perayaan umat Konghucu yang diadakan terbuka. Perayaan yang dilaksanakan biasanya berupa Hari Besar seperti hari ulang tahun dewa-dewi dalam kelenteng.
Kompasianer Susanti mengulas berbagai perayaan hari ulang tahun dewa-dewi di Tanjung Balai Karimun dalam tulisannya. Salah satunya adalah perayaan ulang tahun dewi Ma Zu di Pulau Karimun. Sebagai salah satu daerah kepulauan di mana kebanyakan mata pencaharian penduduk bergantung pada kekayaan laut, Dewi Ma Zu yang dipercaya umat Konghucu setempat menjaga ketenangan laut.
Arak-arakan ini diramaikan umat dari berbagai tempat dan berbagai kalangan umur. Suasana kota makin semarak dengan iringan alat musik tradisional Tionghoa, barongsai, dan naga. Kegiatan ini berlangsung sekitar 4 jam, yaitu dari menjelang tengah hari hingga sore. Setelah itu, ada juga kegiatan makan bersama dan panggung hiburan.
Selain kaya akan wisata dan kebudayaan, Kepri juga memiliki birokrasi pemerintahan yang cukup baik. Meski terletak di wilayah terpencil yang sebagian besar berbentuk kepulauan, tidak menyurutkan sikap profesional para pejabat setempat dalam melayani masyarakat. Salah satu contoh pelayanan pemerintahan yang baik di sana adalah pembuatan paspor.
Kompasianer Cucum Suminar yang tinggal di Pulau Belakang Padang, memiliki pengalaman yang menyenangkan saat membuat paspor baru di sana. Pulau yang ia tinggali ini tidak terlalu luas, bahkan bila dikelilingi dengan sepeda motor, seluruh wilayah dapat dijelajahi selama 30 menit saja. Meski demikian, pulau yang berbatasan langsung dengan Singapura ini memiliki fasilitas dan birokrasi pemerintahan yang baik.
Namun untuk pembuatan paspor anaknya, ternyata mengalami kendala sehingga paspor tidak dapat diambil sesuai jadwal. Walau demikian ia tidak mempermasalahkan hal tersebut, sebab pemberitahuan kendala tersebut diberitahu pihak imigrasi melalui telepon. Pemberitahuan lebih cepat membuatnya tidak perlu bolak-balik ke kantor imigrasi dengan tangan kosong. Pelayanan yang cepat dan responsif itulah yang membuatnya terkesan dengan kantor imigrasi Pulau Belakang Padang.
Kemudian tak jauh dari Kepri, Jambi yang berbatasan langsung di bagian selatan juga memiliki beragam cerita menarik, terutama tentang peninggalan arkeologi. Wilayah ini amat terkenal dalam literatur kuno dan sering disebut dalam prasasti-prasasti Tiongkok. Salah satu bukti peninggalan masa lalu di sana adalah Candi Muaro. Menurut reportase Kompasianer Ariyani Na, Candi Muaro merupakan kawasan candi terbesar di Asia Tenggara dengan luas 3.981 hektar. Tak hanya hari libur, candi ini juga ramai dikunjungi wisatawan dan umat Budha saat Waisak.
Candi di Jambi menggunakan bata merah, yang saat ini kualitasnya menurun dimakan usia dan butuh pemugaran serius. Hal ini berbeda dengan berbeda dengan candi di Yogyakarta yang kebanyakan menggunakan batu andesit yang lebih kuat.
Selain kaya wisata sejarah, Jambi juga memiliki budaya yang kental. Salah satu budaya yang kini kian tergerus zaman adalah budaya berpacaran bernama batandang. Di Kabupaten Kerinci, Jambi, hubungan cinta sepasang muda-mudi disebut sebagai bamudo. Manifestasinya dikenal dengan budaya batandang yang artinya bertandang.
Menurut Kompasianer Nursini Rais, budaya batandang ini diawali dengan seorang pemuda datang mengunjungi pujaan hatinya. Lazimnya pada malam hari di rumah orang tua perempuan mulai pukul 19.00-24.00. Bahkan tak jarang sampai dini hari bila pasangan muda-mudi tersebut dilanda mabuk cinta. Meski berlangsung hingga tengah malam, sang gadis didampingi seorang wanita dewasa seperti Ibu atau kerabat dekat wanita sebagai pengawal. Sang pengawal ini tidak harus duduk satu meja dengan pasangan yang diawasi, cukup memantau dari ruangan lain.
Kompasianer Deddy Huang yang pernah berkunjung ke sana sangat terkesan akan terawatnya rumah pengasingan Bung Karno ini. Seperti kembali ke masa 1939-1942, ia membayangkan sedang berdiri di depan rumah putih itu sambil dikelilingi banyak prajurit yang tengah mengamankan Presiden Soekarno saat itu.
Di Bengkulu jangan lupa untuk menikmati wisata kulinernya. Namun Kompasianer Dizzman memiliki saran jangan memesan menu ketupat Bengkulu. Sebab bila kita memesannya, yang keluar adalah tinju atau tamparan dari lawan bicara. Di daerah ini Ketupat Bengkulu merupakan istilah lain dari pukulan atau hantaman terhadap lawan. Namun tenang, bukan berarti di sini tak ada makanan yang bisa dicicipi.
Sebagai wilayah yang terletak di Sumatera bagian Selatan, pada dasarnya kuliner Bengkulu hampir sama dengan Palembang, Jambi, dan Lampung. Salah satu menu yang amat segar adalah Pindang Patin yang juga terkenal di Palembang. Menu ini memiliki kuah yang amat nikmat, perbedaannya dengan di Palembang adalah kuahnya sedikit lebih bening.
* * *
Itu lah tadi beragam cerita menarik tentang Riau, Kepulauan Riau (Kepri), Jambi, dan Bengkulu. Untuk kisah lainnya, silakan langsung klik tautan label  SaatnyaRiauKepriJambiBengkulu dan KabarDariSeberang. Anda punya cerita lain yang ingin diketahui masyarakat Indonesia? Ulas saja di Kompasiana dengan melanjutkan Topik Pilihan #KabarDariSeberang dan bagikan kisah menarik dan inspiratif dari daerah Anda.
(Lbt)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H