Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari Kisah Raden Santri Hingga "Surga Alam", Ini 5 Kisah dari Jawa Tengah, DIY, dan Jatim

19 Juni 2018   18:01 Diperbarui: 20 Juni 2018   13:08 1054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nama jalan di Kota Malang (dok. Himam Miladi)

Daerah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur tentu memiliki keistimewaannya sendiri karena pengaruh keberagaman adat dan budaya masyarakatnya. Misalnya, kebiasaan masyarakat Jawa berziarah ke makam orang tua sampai guru yang dihormatinya. Walaupun terkadang keyakinan berkunjung ke makam "keramat" seperti ini menuai pro kontra, nyatanya kebiasaan ini masih berlangsung hingga sekarang karena ini merupakan bagian dari budaya masyarakat Jawa.

Contohnya adalah para pengikut setia Raden Santri yang kerap mengunjungi makamnya. Raden Santri adalah seorang auliya (wali) yang mengajarkan Islam tapi ilmunya tidak ditampakkan (siri).

Selain itu, daerah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur tak bisa lepas dari kisah asal-usul suatu budaya masyarakat serta nama sebuah daerah. Misalnya, budaya Sambatan (gotong royong) di Jogja dan tradisi Boro di Malang, serta asal mula sebuah nama jalan yang bersejarah di Kota Malang.

Tak lengkap juga rasanya jika tidak mengulik mengenai pariwisata di daerah Jawa. Destinasi wisata mainstream sudah cukup banyak, tapi hidden treasure rasanya masih sedikit. Salah satunya adalah pesona alam Bukit Jaddih di ujung jembatan Suramadu.

Lengkapnya, simak beberapa kisah unik dan menarik yang sudah diulas oleh Kompasianer ini.

Raden Santri, Kemuning Keramat dan Kisah Para Pengikut Setianya

Papan nama Raden Santri (dok.Mawan Sidharta)
Papan nama Raden Santri (dok.Mawan Sidharta)

Kompasianer Mawan Sidarta bercerita tentang kisahnya berkunjung ke kompleks makam Raden Santri. Kompleks makam ini terletak di sebelah utara kantor Dispenduk Gresik. Raden Santri yang bernama lain Sayyid Ali Murtadlo merupakan kakak kandung Sunan Ampel atau yang punya nama lain Raden Rahmat

Mawan Sidarta mengisahkan bahwa dalam ruangan makam tersebut, terdapat juru kunci yang bernama Mbah Syahroni. Beliau menjaga dan memelihara makam Raden Santri.

Mbah Syahroni menerangkan tentang batu-batu nisan yang ada di dalam kompleks makam Raden Santri itu, dulunya merupakan pengikut setia yang mengabdi pada sang raden.

Tak hanya itu, di dekat pusara Raden Santri, terdapat juga sebuah pohon berusia ratusan tahun yang hingga saat ini masih dianggap keramat oleh sebagian peziarah. Itu bernama kemuning.

Selengkapnya

Politik dan Drama di Balik Nama Jalan Kota Malang

Nama jalan di Kota Malang (dok. Himam Miladi)
Nama jalan di Kota Malang (dok. Himam Miladi)

Setiap kota biasanya memiliki simbol, dari nama patung sampai nama jalan. Menurut Kompasianer Himam Miladi, terlebih biasanya simbol tersebut mempresentasikan sebuah identitas dan pengakuan kekuasaan.

Salah satu simbol yang sering terlupakan adalah nama jalan. Karena ia hanya berupa nama dan cenderung tidak kelihatan karena diletakkan di papan di jalanan. Padahal, tidak menutup kemungkinan ada sejarah panjang berupa politik dan drama kemanusiaan dalam setiap proses penamaan sebuah jalan.

Berdasarkan periodenya, hampir setiap daerah atau kota yang pernah mengalami penjajahan, minimal menjalani 3 kali proses pergantian nama jalan, yakni periode kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang, dan pasca kemerdekaan. Kota Malang adalah salah satunya.

Citra kota Malang terbentuk sebagai kota kawasan kolonial karena arus urbanisasi dan migrasi warga Eropa ke Kota Malang yang kian deras ketika itu.

Pergantian nama jalan yang pertama terjadi ketika Jepang menginjakkan kaki di Indonesia. Segera setelah Jepang masuk kota Malang, semua ruas jalan yang berbau Belanda dinasionalisasi.

Lalu nama-nama jalan ini bertahan hingga era pemerintahan Presiden Soekarno. Kemudian di era Presiden Soeharto, nama-nama jalan diganti secara besar-besaran, diubah demi kepentingan politik rezim yang berkuasa.

Selengkapnya

Pasar Sapi dan Hilangnya Tradisi Boro

Sumber: pixabay.com
Sumber: pixabay.com

Masih di kawasan Malang, kali ini Kompasianer Imam Maliki Mahfoudz menceritakan kisahnya tentang Pasar Sapi Pagak di masa dulu dan kini.

Pasar sapi ini letaknya di bagian selatan, berjarak sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Kepanjen, Kabupaten Malang. Menurut Imam, sekitar tahun 1990-an dulu sering beberapa orang menggiring sapi menyusuri jalan raya. Kegiatan ini merupakan tradisi boro. Mereka terus berjalan, dan hanya berhenti di beberapa titik yaitu tempat pasar hewan berada.

Namun, pasar Pagak sekarang sudah berbeda dari yang dahulu. Para pedagang sapi kini lebih suka menggunakan pick up dan truck untuk mengangkut hewan yang akan dijual.

Dengan memakai kendaraan, pedagang merasa tidak perlu terlalu lama di pasar. Sedangkan zaman dahulu, ketika tradisi boro masih ada, para pedagang akan memanfaatkan waktu di pasar dengan maksimal. Mereka merasa rugi jika hanya sebentar di pasar karena jarak yang jauh. Sapi yang terjual kini pun tidak sebanyak dulu karena beberapa faktor.

Selengkapnya

Uji Konektivitas Jembatan Suramadu di Bukit Jaddih Bangkalan

Dokumentasi Ikrom Zain
Dokumentasi Ikrom Zain

Terkoneksinya daerah Jembatan Suramadu dengan Pulau Jawa membuat pembangunan di Pulau Madura semakin gencar. Salah satu pendorong pembangunan di Pulau Madura adalah mekarnya dunia pariwisata.

Kompasianer Ikrom Zain bercerita tentang sebauh tempat wisata baru yang tak jauh dari ujung Jembatan Suramadu yang kini sedang naik daun. Wisata alam ini berasal dari bekas pertambangan kapur bernama Bukit Jaddih.

Terdapat dua jalan menuju wisata Bukit Jaddih ini. Sebaiknya gunakan GPS untuk memastikan jalur yang akurat karena tidak terdapat papan penunjuk jalan.

Sampai di bukit kapur, spot pertama yang dikunjungi Ikrom adalah spot danau biru. Danau ini berupa genangan air bekas penambangan kapur yang berwarna hijau dan akan berubah menjadi kebiruan pada waktu tertentu. Pemandangan dari atas bukit kapur juga sangat indah.

Arus wisatawan yang datang ke Bukit Jaddih ini cukup tinggi. Maka dari itu, kawasan sisi Jembatan Suramadu ini sangat berpotensi untuk mendongkrak perekonomian jika dijaga dan dikembangkan jauh lebih baik lagi.

Selengkapnya

Sambatan, Budaya Gotong Royong yang Mulai Hilang

Ilustrasi: dody94.wordpress.com
Ilustrasi: dody94.wordpress.com

Gunungkidul memang terkenal dengan masyarakatnya yang penuh semangat, gigih, dan pekerja keras. Hal ini disebabkan oleh karakter yang terbentuk dari budaya masyarakat itu sendiri, yakni gotong royong.

Menurut Kompasianer Ummi Azzura Wijana, salah satu budaya gotong royong yang membangun kebersamaan di Gunungkidul adalah Sambatan. Sambatan masih dilakukan di pedesaan yang belum tersentuh dengan perkembangan zaman, seperti membangun rumah dengan kayu, bambu, dan bahan lainnya. Kegiatan seperti ini tentu membutuhkan bantuan orang di sekitarnya.

Tentu banyak manfaat yang bisa diambil jika budaya gotong royong Sambatan ini dilakukan. Diantaranya adalah menciptakan kerukunan, meminimalisir biaya, keuntungan ganda, dan efisien serta efektif.

Selain Sambatan, hal lain yang biasa dilakukan oleh masyarakat Gunungkidul adalah Gugur Gunung. Gugur Gunung adalah satu bentuk kerja bakti di masyarakat. Jika Sambatan digunakan untuk kepentingan perorangan, maka Gugur Gunung dilakukan untuk kepentingan umum.

Selengkapnya

-----

Itulah beragam kisah menarik dari daerah Jawa Tengah, DIY, dan Jawa Timur. Untuk kisah lainnya, Anda bisa klik tautan SaatnyaJatengDIYJatim dan KabarDariSeberang. Jika Anda ingin berbagi cerita inspiratif mengenai daerah lain, ikuti terus topik pilihan #KabarDariSeberang yang masih berlangsung sampai akhir Juni nanti! (FIA)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun