Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ragam Cerita Selama Mudik, Mulai dari Jalan Tol yang Kotor hingga Susahnya Mencari Bengkel

17 Juni 2018   18:10 Diperbarui: 18 Juni 2018   14:31 2922
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Umat Islam di Indonesia merayakan Hari Raya Idulfitri 1439 Hijriah pada Jumat (15/6/2018). Bagi umat Islam di Indonesia, momen ini dimanfaatkan untuk mudik atau pulang ke kampung halaman, melepas rindu dengan sanak saudara di bulan penuh berkah.

Dalam perjalanannya mudik selalu memiliki kisah tersendiri, entah itu yang menarik ataupun unik.

Demikian juga para Kompasianer yang sudah membagikan cerita-cerita serunya baik saat tepat di hari lebaran ataupun sesaat sebelum lebaran.

Berikut ragam cerita mudik dari Kompasianer yang berhasil dirangkum Kompasiana:

Pantaskah Kita Menyambut Lebaran dengan Lingkungan yang Kotor?

kompas.com
kompas.com
Selama Idulfitri, ada tradisi di sejumlah kalangan yang menyambutnya dengan menjaga lingkungan tetap bersih.

Menurut Kompasianer Surtan Siahaan, pemahaman bersih secara lahiriah dalam Islam tidak hanya sebatas tubuh manusia, melainkan juga rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.

Masyarakat pada umumnya, menjaga kebersihan selama Idulfitri dengan mengecat, membersihkan dan memperbaiki rumah. Dan tradisi itu sudah ada sejak dulu, terutama bagi orang Betawi tempo dulu.

Tradisi ini mengecat rumah disebut dengan mengapur, seperti namanya, karena memang bahan yang digunakan untuk memutihkan tembok rumah bukanlah cat melainkan kapur.

Sayangnya, belum semua orang mengaplikasikan hal ini. Masih ada sebagian masyarakat yang melakukan tindakan-tindakan yang membuat lingkungan kotor seperti membuang sampah sembarangan atau melakukan aksi vandalisme dengan mencoret-coret tembok.

Salah satu yang disorot media kali ini adalah kotornya ruas tol karena tingkah pemudik yang membuang sampah sisa makanan sembarangan. Bahkan kumpulan sampah juga tampak berserakan di sejumlah rest area.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya

Serunya Menjajal Tol Baru Palembang-Indralaya di Hari Pertama Lebaran

sripoku.com/yandi triansyah
sripoku.com/yandi triansyah
Kompasianer Haryadi Yansah memiliki cerita menarik saat mudik ke Kabupaten Indralaya, Palembang, Sumatera Selanta.

Untuk pertama kalinya, ia berangkat mudik dengan menjajal tol baru Palindra, alias tol Palembang-Indralaya.

Melalui jalan tol waktu mudik yang ia tempuh terasa lebih cepat dari tahun sebelumnya. Kecepatannya, diceritakan Haryadi, bisa ditempuh rata-rata 100 Km/jam, waktu yang ia butuhkan untuk mencapai tujuan tidak kurang dari 20 menit.

Hanya saja, menurutnya, masih ada sedikit kekurangan yaitu sebagian jalan yang masih tidak rata. Selebihnya fasilitas yang tersedia di jalan tol sudah cukup baik dan sangat membantu pemudik.

Pembangunan ke depan, jalan tol ini akan menjadi bagian dari rangkaian panjang Tol Bakauheni-Tebangi sepanjang 150 Km. Dengan begitu, perjalanan dari Palembang ke Lampung dapat ditempuh lebih cepat.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya

Jalur Selatan Jawa Barat Juga Sangat Direkomendasikan untuk Jalur Mudik Anda

Sejumlah kendaraan saat melintas di Jalur Nagerg, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/6/2018). (KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI)
Sejumlah kendaraan saat melintas di Jalur Nagerg, Kabupaten Bandung, Sabtu (9/6/2018). (KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI)
Kompasianer Bima Willy Anto membagikan pengalaman mudiknya dari Bandung menuju Ponorogo, Jawa Timur.

Sama seperti tahun sebelumnya, perjalanan mudik menggunakan Jalur Selatan Jawa Barat. Rute yang mereka lalui mulai dari Bandung - Nagreg - Tasikmalaya - Banjar - Wangon - Kebumen - Yogyarakarta - Sukoharjo - Wonogiri - sebelu akhirnya tiba di Ponorogo.

Selama 18 jam melalui jalur lintas selatan Jawa, kondisinya lancar tanpa hambatan yang mengganggu. Secara umum jalur selatan Jawa sangat layak untuk dilalui, terlebih dapat menghemat biaya tol.

Dengan melewati jalan tol sebagian kecil saja, pemudik juga dapat menikmati pemandangan atau wisata kuliner di setiap kota-kota yang kita lalui.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya

Susahnya Mencari Bengkel Jelang Lebaran

dokumentasi prinadi Tabrani Yunis/kompasiana
dokumentasi prinadi Tabrani Yunis/kompasiana
Bagi pemudik yang menggunakan kendaraan sendiri, pastinya selalu memastikan segala persiapan benar-benar matang, termasuk kendaraan.

Pengecekan kendaraan harus dilakukan sejak awal, setidaknya seminggu sebelum mudik. Sebab bila terlalu mepet menjelang lebaran dan apabila ternyata ada komponen yang harus diganti, bisa-bisa kalang kabut mencari bengkel.

Seperti yang dialami, Kompasianer Tabrani Yunis, ia kesulitan mencari suku cadang saat akan mudik H-3 menjelang lebaran.

Saat itu ia hanya ingin memperbaiki masalah pada rem tangan mobilnya. Sayangnya, sudah banyak bengkel tutup.

Setelah memutar sana-sini, ia akhirnya mendapatkan bengkel langganannya masih buka, meski harus mengantre terlebih dahulu.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya

Sepanjang Jalan Raya Sayung-Demak, Malam Lebaran Meriah Takbir Keliling dan Pesta Kembang Api

dokumentasi prinadi wahyu sapta/kompasiana
dokumentasi prinadi wahyu sapta/kompasiana
Tak seperti pemudik lainnya yang sudah berangkat jauh-jauh hari, Kompasianer Wahyu Sapta memilih mudik H-1 menjelang lebaran.

Alasannya sederhana, ingin menghindari kemacetan di jalan, sehingga mudik tidak terasa terlalu ribet. Apalagi perjalanan kali ini ia lakukan malam hari. Suasananya lebih adem dan tidak panas tersengat matahari siang.

Asyiknya lagi, saat melewati jalur pantura Jalan Raya Sayung-Demak pada malam hari, jalanan ramai oleh pawai takbir keliling dan pesta kembang api. Tradisi yang sudah lama berlangsung ini, selalu meriah hampir tiap tahunnya.

Di sana, banyak anak-anak dan remaja yang menjadi peserta takbir keliling. Pawai yang digelar, melibatkan kendaraan umum atau mobil yang dihiasi oleh lampu-lampu.

Baca di sini untuk cerita lengkapnya

***

Itu tadi ragam cerita pemudik dari Kompasianer. Ingin berbagi cerita mudik dengan pembaca Kompasiana lainnya? Tuliskan cerita menarik dan inspiratif Anda di Kompasiana dengan mencantumkan label: Mudik 2018 (Tanpa spasi).

Selamat Hari Raya Idulfitri 1439 Hijriah, mohon maaf lahir dan batin.

(Lbt/ibs)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun