Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Dinanti Selama Setahun, Sudah Bijakkah Kita Mengelola THR?

10 Juni 2018   11:55 Diperbarui: 6 Juni 2019   00:00 2329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi rupiah/mxpicture.com

Menjelang Hari Raya Idul Fitri, salah satu yang dinanti para karyawan adalah pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaan. 

Pemberian tunjangan ini memang telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Tunjangan Keagamaan Bagi Pekerja Perusahaan. Besaran tunjangan yang diterima bervariasi. Namun menurut peraturan yang berlaku, besaran THR adalah setara dengan satu kali gaji pokok.

Pada momen inilah para karyawan memanfaatkan tunjangan untuk berbagai hal, misalnya seperti belanja, wisata, mudik, atau sekadar ditabung. Meski selalu disambut gembira, pembagian THR ternyata memiliki sisi negatif.

Satu hari jelang Lebaran di mal Ciputra, Sabtu (24/6/2017), pengunjung ramai datang.(Mikhael Gewati/Kompas.com)
Satu hari jelang Lebaran di mal Ciputra, Sabtu (24/6/2017), pengunjung ramai datang.(Mikhael Gewati/Kompas.com)
Menurut Kompasianer Syahirul Alim, THR dapat mendukung budaya konsumtif dalam keluarga, yang akhirnya memunculkan individu bermental peminta.

Misalnya anak yang terus merengek minta dibelikan baju baru bergambar super hero idola ketika hari raya. Kemudian kebiasaan istri yang jauh-jauh hari meminta jatah sekian persen dari total THR yang sedianya diterima para suami.

Hadirnya THR dapat membuat manusia mengikuti irama hawa nafsu. Hingga akhirnya, tunjangan setahun sekali ini tanpa sadar dapat ludes dalam sekejap.

Belum sempat mengunjungi toko barang yang Anda inginkan, uang THR sudah berkurang dan berkurang jumlahnya. Perlahan namun pasti, hingga mungkin tak bersisa sama sekali ketika Idul Fitri tiba.

Dompet terisi penuh di akhir Ramadan, mau? (Sumber: Pixabay.com)
Dompet terisi penuh di akhir Ramadan, mau? (Sumber: Pixabay.com)
Menurut pandangan Kompasianer Nadira Aliya, ludesnya THR dalam waktu singkat biasanya digunakan untuk menutup utang.

Sebab para penagih utang tiba-tiba lebih agresif meminta uangnya kembali ketika Anda mendapat THR. Mau tak mau, Anda harus membayar terlebih dahulu utang tersebut, sebab ini merupakan kewajiban yang akan dibawa hingga mati jika tak dituntaskan. Amat mengerikan bila ditagih utang hingga ke akhirat.

Alasan kedua yang menyebabkan THR cepat ludes adalah membeli pakaian baru ketika hari raya. Secara tak sadar, ketika merasa memiliki uang lebih banyak dari biasanya, orang cenderung lebih loyal membelanjakannya. Tak ingin uang menguap begitu saja? Cobalah menahan diri dan menetapkan sedari awal apa saja perlengkapan hari Raya yang sebetulnya Anda butuhkan.

Supaya THR dapat digunakan lebih bermanfaat, Anda mungkin bisa mencontoh cara Kompasianer Mbak Avy dalam mengelolanya. Ia memiliki kebiasaan untuk memisahkan pengeluaran dalam 4 pos saja.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Pos pertama, adalah pengeluaran untuk amal yaitu zakat, infaq dan sedekah. Ini sangatlah wajib dan duduk di rangking utama, karena pada bulan Ramadan, sebagai umat Islam wajib untuk mengeluarkan banyak sedekah dan zakat.

Pos kedua, adalah menggunakan THR sesuai dengan kebutuhan lebaran. Karena THR diberikan untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi dalam menyambut hari lebaran, misalnya soal makanan, baju, biaya mudik dan lain sebagainya.

Pos ketiga, adalah menyisihkan sedikit rejeki untuk dibagikan ke keluarga, keponakan, saudara maupun karyawan.

Terakhir, pos keempat yaitu untuk kepentingan yang tidak terlalu mendesak seperti perbaikan rumah atau servis motor.

Dengan pengelolaan yang tepat, THR dapat digunakan secara efektif dan bermanfaat. Senada dengan Mbak Avy, Kompasianer Rifki Feriandi juga mengutamakan THR untuk hal positif, misalnya kebutuhan pendidikan anak.

Ilustrasi Uang THR di Bank | Foto: tribunews
Ilustrasi Uang THR di Bank | Foto: tribunews
Paling banyak uang tersebut akan ia gunakan untuk keperluan pendidikan seperti melunasi tunggakan uang sekolah, membeli baju seragam baru, dan menyiapkan uang bulanan SPP untuk tiga bulan ke depan guna keperluan pendidikan untuk kemajuan kehidupan anaknya.

Sebab, dengan pendidikan yang terfasilitasi maka kualitas kehidupan pun akan meningkat.

Selain untuk kepentingan masa depan hidup anak, mendahulukan THR untuk pelunasan tunggakan dan pembelian seragam adalah untuk memberikan kebahagiaan pada anak.

Dengan begitu anak memiliki kepercayaan diri, bahwa dia sama seperti yang lain dan menumbuhkan kebanggaan akan dirinya sendiri. Perasaan yang akan mengalahkan inferioritas karena berbeda dari lingkungannya.

Itu tadi cerita dari para Kompasianer dalam memanfaatkan THR, bagaimana dengan Anda Kompasianer? Semoga dapat digunakan secara bijak juga ya.

Selamat menikmati momen menjelang Idul Fitri, Kompasianer!

(LBT)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun