Menjelang Hari Raya Idul Fitri, salah satu yang dinanti para karyawan adalah pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) dari perusahaan.Â
Pemberian tunjangan ini memang telah diatur dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja tentang Tunjangan Keagamaan Bagi Pekerja Perusahaan. Besaran tunjangan yang diterima bervariasi. Namun menurut peraturan yang berlaku, besaran THR adalah setara dengan satu kali gaji pokok.
Pada momen inilah para karyawan memanfaatkan tunjangan untuk berbagai hal, misalnya seperti belanja, wisata, mudik, atau sekadar ditabung. Meski selalu disambut gembira, pembagian THR ternyata memiliki sisi negatif.
Misalnya anak yang terus merengek minta dibelikan baju baru bergambar super hero idola ketika hari raya. Kemudian kebiasaan istri yang jauh-jauh hari meminta jatah sekian persen dari total THR yang sedianya diterima para suami.
Hadirnya THR dapat membuat manusia mengikuti irama hawa nafsu. Hingga akhirnya, tunjangan setahun sekali ini tanpa sadar dapat ludes dalam sekejap.
Belum sempat mengunjungi toko barang yang Anda inginkan, uang THR sudah berkurang dan berkurang jumlahnya. Perlahan namun pasti, hingga mungkin tak bersisa sama sekali ketika Idul Fitri tiba.
Sebab para penagih utang tiba-tiba lebih agresif meminta uangnya kembali ketika Anda mendapat THR. Mau tak mau, Anda harus membayar terlebih dahulu utang tersebut, sebab ini merupakan kewajiban yang akan dibawa hingga mati jika tak dituntaskan. Amat mengerikan bila ditagih utang hingga ke akhirat.
Alasan kedua yang menyebabkan THR cepat ludes adalah membeli pakaian baru ketika hari raya. Secara tak sadar, ketika merasa memiliki uang lebih banyak dari biasanya, orang cenderung lebih loyal membelanjakannya. Tak ingin uang menguap begitu saja? Cobalah menahan diri dan menetapkan sedari awal apa saja perlengkapan hari Raya yang sebetulnya Anda butuhkan.
Supaya THR dapat digunakan lebih bermanfaat, Anda mungkin bisa mencontoh cara Kompasianer Mbak Avy dalam mengelolanya. Ia memiliki kebiasaan untuk memisahkan pengeluaran dalam 4 pos saja.
Pos kedua, adalah menggunakan THR sesuai dengan kebutuhan lebaran. Karena THR diberikan untuk memenuhi kebutuhan yang tinggi dalam menyambut hari lebaran, misalnya soal makanan, baju, biaya mudik dan lain sebagainya.
Pos ketiga, adalah menyisihkan sedikit rejeki untuk dibagikan ke keluarga, keponakan, saudara maupun karyawan.
Terakhir, pos keempat yaitu untuk kepentingan yang tidak terlalu mendesak seperti perbaikan rumah atau servis motor.
Dengan pengelolaan yang tepat, THR dapat digunakan secara efektif dan bermanfaat. Senada dengan Mbak Avy, Kompasianer Rifki Feriandi juga mengutamakan THR untuk hal positif, misalnya kebutuhan pendidikan anak.
Sebab, dengan pendidikan yang terfasilitasi maka kualitas kehidupan pun akan meningkat.
Selain untuk kepentingan masa depan hidup anak, mendahulukan THR untuk pelunasan tunggakan dan pembelian seragam adalah untuk memberikan kebahagiaan pada anak.
Dengan begitu anak memiliki kepercayaan diri, bahwa dia sama seperti yang lain dan menumbuhkan kebanggaan akan dirinya sendiri. Perasaan yang akan mengalahkan inferioritas karena berbeda dari lingkungannya.
Itu tadi cerita dari para Kompasianer dalam memanfaatkan THR, bagaimana dengan Anda Kompasianer? Semoga dapat digunakan secara bijak juga ya.
Selamat menikmati momen menjelang Idul Fitri, Kompasianer!
(LBT)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H