Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Waisak 2018, Transformasikan Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni

3 Juni 2018   18:35 Diperbarui: 3 Juni 2018   22:12 1728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kompas.com/ika fitriana

Hindari sikap ekstrem sebagaimana diteladankan Sang Buddha sehingga kita tidak jatuh pada radikalisme yang justru menjauhkan diri dari sifat welas asih.

Kebijaksanaan dan cinta kasih tampak dari kesederhanaan. Lihatlah bagaimana Buddha meninggalkan kenikmatan duniawi yang tersaji di istana dan memilih mati raga dan bertapa.

Benar adanya bila merujuk tema Waisak tahun ini yang mengusung tema "Transformasikan Kesadaran Delusi Menjadi Kesadaran Murni". Adapun sub-temanya adalah "Marilah Kita Bersama-sama Berjuang Mengalahkan Sang Ego."

Dengan tema ini, WALUBI (Perwakilan Ummat Buddha Indonesia) mengajak semua masyarakat Indonesia untuk sama-sama terlibat dalam melawan kemarahan, keserakahan, dan bahkan, kebencian.

Perayaan Waisak tahun ini juga diharapkan dapat menjadi momentum bagi umat beragama untuk saling mempertebal kerukunan, saling membantu dan bahkan melakukan amal kebaikan.

Hal itu tentunya sesuai pula dengan ujaran Buddha Sakyamuni pada 2600 tahun silam. Pada saat itu, Buddha berkata, "Kebencian tidak akan berakhir kalau terus dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian akan usai kalau dibalas dengan kasih sayang."

Dalam kalimat tersebut, Buddha menekankan pentingnya pemaafan dan kasih sayang untuk menyudahi semua bentuk kebencian. Barangkali hal itu bisa juga menjadi pesan Waisak pada tahun 2018 ini.

Dari itu setidaknya mendapati esensi dari Hari Raya Waisak dengan memperingati tiga peristiwa agung yang terjadi pada saat purnamasidi di bulan Waisak.

Peristiwa agung Pertama, kelahiran Pangeran Sidhatha Gautama pada Tahun 623 SM, di Taman Lumbini, India Utara; peristiwa agung kedua pencerahan ke-Buddha-an Pertapa Sidhatha Gautama pada tahun 588 SM. di Bodhgaya; dan peristiwa agung ketiga Parinibbana atau mangkatnya Buddha Gotama pada tahun 543 SM di Kusinara.

Bagi umat Buddha, mengagungkan tiga peristiwa tersebut dilakukan dengan cara memahami, menerapkan, dan menghayati kebenaran Dhamma ajaran Buddha. Untuk itu semua, maka dilakukan mawas diri dan disiplin sila dalam kehidupan sehari-hari sehingga tercapainya hidup harmonis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun