Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Fragmen-fragmen Tragedi Mei 1998 dalam Cerita (2)

21 Mei 2018   11:38 Diperbarui: 15 Mei 2019   11:50 4807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beruntunglah. Dalam kondisi seperti itu sebuah Metromini  91 (Tanah Abang - Batusari). Meski penuh, akhirnya ia dan temannya yang hamil itu diperbolehkan naik.

Baru beberapa meter Metromini bergerak, sudah dihadang barisan polisi. Mereka semua yang ada di dalam Metromini diminta keluar. Anita dan temannya hanya bisa berlari, menyelamatkan diri.

Suara tembakan masih terus terdengar. Temannya  yang hamil itu sampai menangis. Tapi mereka tidak berhenti berlari. Angkutan apapun, bajaj atau taksi sekalipun, tidak ada yang kosong untuk bisa dinaiki.

Dalam usahanya untuk menyelamatkan diri dan pulang, banyak  yang mereka lihat. Dari ketiga orang yang membuntuti sampai penjarahan. Secara bergantian orang-orang memanggul barang elektronik, pakaian atau  apa saja yang bisa dibawa. Bahkan sampai pembakaran beberapa gedung.

Meski sudah sampai di rumah kaki Anita Godjali tetap bergetar. Takut itu nyata.

***

Berthy Rahawarin melewati Kampus Tarumanegara dan Trisakti dengan bis Cikokol, Tangerang menuju Grogol. Hari masih pagi, sekitar pukul sembilan. Tapi  sisa-sisa kerusuhan kemarin seakan masih terasa di jalan itu.

Kemudian kerusuhan kembali terjadi di mana-mana. Asap tebal mengapung di udara Jakarta. Jakarta lumpuh total.

Barulah ketika sore Berthy Rahawarin bisa pulang menggunakan taksi. Sesampainya di runah, ia mengajak warga perumahan Mahkota Mas untuk berjaga di sekitar komplek. Ada yang dibakar sebelum dan sesudah dijarah.

***

ilustrasi: Penjarahan di daerah Glodok, Mei 1998. (Foto: Arbain Rambey)
ilustrasi: Penjarahan di daerah Glodok, Mei 1998. (Foto: Arbain Rambey)
Jakarta, 14 Mei 1998

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun