Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Nun Jauh di Sana, Ada Banyak Kisah dalam Peringatan Hari Pendidikan Nasional

9 Mei 2018   17:17 Diperbarui: 2 Mei 2019   14:20 1523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Provinsi dengan penduduk lebih dari tiga juta itu pada 2015 didapati 1,22 persen atau sekitar 25.750 warganya di atas usia 15 masih buta huruf.

"Tapi di tahun ini angka itu sudah sedikit bisa ditekan menjadi 1,18 persen, dan sisanya sudah dapat membaca dan menulis atau melek huruf," tulis akun CPNS PKP2A III LAN Samarinda.

sumber:ilustrasi pengajar dan mengajar/Kompas.com
sumber:ilustrasi pengajar dan mengajar/Kompas.com
Namun perjuangan itu amatlah jauh dari kata mudah dilakukan dikarenakan berbagai penyebab, antara lain tiga: Pertama, kemiskinan. Tidak dapat dipungkiri bahwa tingkat kemiskinan menjadi faktor dan tantangan utama dalam memerangi angka buta huruf. Data BPS Kaltim bahwa pada tahun 2017, jumlah masyarakat miskin di Kaltim sebanyak lebih dari 211.240 jiwa dan tersebar di seluruh 10 Kabupaten/Kota.

Kedua, yaitu lokasi yang tidak terjangkau. Luasnya wilayah Kaltim ditambah lagi dengan akses jalan yang buruk, semakin menyulitkan masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

Ketiga, kurangnya motivasi belajar. Motivasi yang muncul dari dalam diri untuk belajar berkurang atau Iyang tidak terjangkau. Karena kemiskinannya, mereka sibuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan untuk menekan angka buta huruf agar tidak bertambah. Pertama, koordinasi antar lembaga terkait, dalam hal ini dinas pendidikan dan perpustakaan daerah.

Kedua, penting untuk memprioritaskan pembangunan infrastruktur berupa jalan yang baik, agar masyarakat yang ingin mencapai tempat/lembaga pendidikan tidak kesulitan menjangkaunya.

Ketiga, perlu dibuatkan akses teknologi, sehingga masyarakat yang ada di daerah terpencil mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Keempat, perlu dijalin kerjasama dengan pihak perguruan tinggi untuk turut serta menekan angka buta aksara. Salah satu caranya dengan mahasiswa yang mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk turut serta terlibat dalam pemberian pelajaran membaca dan menulis pada masyarakat buta aksara.

dokumentasi pribadi Febrian Harefa
dokumentasi pribadi Febrian Harefa
Lain lagi cerita Febrian Harefa dengan ceritanya mengenai guru-guru di luar pulau terluar Indonesia. Di Nias contohnya, banyak guru dilatih mengajar oleh kementerian agar mampu dengan dua keahlian sekaligus: satu mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikan dan yang kedua mata pelajaran sesuai dengan yang guru tersebut pilih.

Selain itu, guru yang mengajar di sekolah di Pulau Nias terkhusus untuk sekolah negeri harus sangat sabar.

"Rata-rata gaji guru honorer 30-50 ribu/les dalam sebulan. Kebanyakan para guru honorer dalam sebulan mengajar sekitar 15-17 les mata pelajaran. Dalam sebulan gaji seorang guru hanya sekitar 500 ribu-700 ribu per bulan," ceritanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun