Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

#KabarDariSeberang Sumsel, Babel, Lampung, Indahnya Matahari Terbit hingga Pempek yang Dibuat dari Nasi

2 Mei 2018   16:11 Diperbarui: 2 Mei 2018   22:01 2452
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bayangkan ketika satu waktu kita mendatangi sebuah daerah di mana hari ini dan hari esok tidak pernah terjadi. Daerah itu, yang baru saja didatangi, hanya memiliki masa silam. Daerah itu hilang.

Bayangkan (kembali) bila daerah yang hilang itu hanya menyisakan cerita. "Bahwa dulu pernah ada ini di sebelah utara dan itu di sebelah barat daya," kata pemandu wisata.

Jika boleh diperkenankan untuk membayangkan: bayangkan jika daerah itu adalah daerah tempatmu kini bermukim; hidup, beranak-pinak, dan akhirnya menutup usia. Tidak ada lagi kisah dan ruang untuk nostalgia pada sesuatu yang sangat jauh letaknya.

Anggap saja begini:

Pada suatu pagi di mana matahari terbit di pantai Tanjung Pesona, Sungailiat, Kabupaten Bangka, kamu datang menggunakan kendaraan roda dua. cukup 15 menitan dari kota. Cuaca sedang tidak mendung. Sambil duduk-duduk di bawah pohon yang rindang, kamu menikmati segelas kopi dan beberapa cemilan gorengan.

Sejauh mata memandang hanya gelap yang terhampar luas. Angin laut berhembus cukup kencang. Wajar saja, karena Laut pantai Tanjung Pesona berhadapan langsung dengan Laut Cina Selatan.

Kamu tetap bertahan di sana, menunggu dan menikmati matahari keluar dari batas pandang di antara awan dan ombak laut yang tenang. Dan kamu tahu bagaimana cara terbaik mengabadikan momen tersebut: memotretnya dengan kamera ponsel. Kelak, gambar dari kamera itu yang cukup bisa menjelaskan bagaiamana keindahan pantai Tanjung Pesona itu.

[Foto: Kompasianer Rustian Al Ansori]
[Foto: Kompasianer Rustian Al Ansori]
[Foto: Kompasianer Rustian Al Ansori]
[Foto: Kompasianer Rustian Al Ansori]
Atau mengabadikannya dengan sedikit elegan, seperti yang dilakukan Rustan Al Ansori lewat tulisan Menikmati Matahari Terbit di Tanjung Pesona Sungailiat.

Sedikit menyebarang. Pulau Belitung. Tempat ini seperti tidak ada habisnya untuk dikisahkan meski sempat dibuatkan novel megah --juga dalam sebuah film dengan judul yang sama-- "Laskar Pelangi". Air terjun, pantai dengan pasir yang putih, museum, juga kehidupan masyarakatnya.

G Tersiandini bahkan menuliskannya dalam Trevelogue: Keindahan Alam Belitung. Setiap detil tempat yang ia sambangi ia ceritakan dengan menarik. Semisal: ketika ia menyadari kameranya terendam saat mengunjungi pantai. Percayalah, tak ada yang lebih mengkhawatirkan ketika kamera rusak saat berlibur.

Tapi tidak melulu tentang tempat wisata. Pada tahun politik ini, KPU bersama Pemerintah Bangka sedang gencar-gencarnya menyosialisasi para peserta pemilu. Namun, yang menjadi itu beda adalah caranya: lewat pentas seni.

Pentas seni ini penting agar warga masyarakat tahu dengan partai-partai peserta pemilu. Sebab kalau hanya diperkenalkan lewat spanduk, baliho atau selebaran poster masyarakat kurang begitu tertarik. "Tapi kalau melalui pentas seni, respon masyarakat akan berbeda," tulis Heru Sudrajat dalam catatannya "Pentas Seni Sosialisasi Partai Peserta Pemilu KPU Bangka".

***

Yang juga perlu diperhatikan adalah persiapan Palembang sebagai satu di antara dua kota tuan rumah Asian Games 2018. Dan yang tengah dipersiapkan adalah Light Rail Transit (LRT).

LRT ini dipersiapkan sebagai salah satu trasnportasi Asian Games Agustus 2018 mendatang di Palembang. Itu sudah direncanakan untuk menghubungkan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II menuju Jakabaring Sport City dengan jarak 23,4 kilometer.

Menurut catatan yang dibuat Afriantoni Al Falembani, tarif yang ditarik untuk satu kali pemberangkatan akan berkisar 5 ribu rupiah. Selain sebagai penunjang transportasi pada Asian Games 2018, LRT harus menjadi kebanggaan masyarakat dan ikut menjaga keberadaan LRT. Ini salah satu upaya pemerintah meningkatkan taraf hidup perekonomian rakyat.

Dan tentu bukan hanya itu. Selain transportasi sebagai penunjang, masa kudapan yang tidak kalah pentingnya. Kemplang bakar.

ilustrasi. (tribunnews.com)
ilustrasi. (tribunnews.com)
Masih berdasarkan catatan Afriantoni Al Falembani, ukup aneh melihat deretan beberapa orang bule ada berkeliaran di Jalan Pipa Reja. Bukan rahasia umum lagi kalau  kemplang bakar juga sering dicari oleh wisatawan mancanegara.

"Tapi karena keunikan dan ada rasa ikan juga pedas karena sambalnya, kemplang bakar banyak dicari dan diminati konsumen," katanya.

Jika ada yang ingin mencoba membuat sendiri, Afriantoni Al Falembani pun memberitahu resepnya. Silakan lihat di sini.

Namun, ada juga kudapan menarik lainnya: pempek yang terbuat dari nasi. Kartika Kariono sering melakukan itu katanya. Sebenarnya sama seperti membuat pempek pada umumnya berbahan dasar ikan, tapioka, air dan garam, hanya saja Kartika Kariono lewat tulisannya bercerita sering membuat pempek dari nasi.

tangkapan layar dari Instagram Kartika Kariono
tangkapan layar dari Instagram Kartika Kariono
"Full carbo, memang, tapi ini lebih kepada memanfaatkan kelebihan nasi daripada dibuang mending dibuat sarapan," tulisnya.

Cara membuatnya mudah,  blender nasi dengan air sampai halus lalu dimasak sampai jadi bubur, caampur dengan garam, tapioka, telur, dan bawang putih, lalu bentuk seperti membuat pempek.

***

Dan bayangkan ada banyak cerita lainnya yang dituliskan. Saran kami, bacalah kisah lainnya dalam #KabarDariSeberang: Saatnya Sumsel, Babel, dan Lampung. (hay)

Kabar Dari Seberang: Saatnya Sumsel, Babel dan Lampung
Kabar Dari Seberang: Saatnya Sumsel, Babel dan Lampung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun