Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Tak Sekadar Meriah, Perayaan Imlek Juga Sarat Makna

15 Maret 2018   15:17 Diperbarui: 15 Maret 2018   18:34 790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atraksi Barongsai dari Naca Dharma Semarang di tempat wisata Sam Poo Kong, Minggu (25/6/2017). (TRIBUN JATENG/FIRNA LARASANTI)

Pada Februari lalu (16/2/2018) masyarakat Tionghoa merayakan tahun baru China atau Imlek ke-2569 atau tahun Anjing Tanah. Di Indonesia, perayaan Imlek berlangsung meriah dengan menggelar aneka pertunjukan seperti liong dan barongsai di area terbuka. Semua lapisan masyarakat ikut bergembira dalam acara perayaan tradisi Imlek.

Meski berbentuk perayaan, bukan berarti Imlek hanya tentang kemeriahan. Imlek juga menjadi moment untuk bersyukur dan berharap tahun depan dilimpahkan banyak rezeki. Berikut 5 tradisi Imlek yang tak sekadar meriah tapi juga sarat makna.

1. Lepas Burung untuk Buang Keburukan Selama Setahun

Tradisi lepas burung saat Imlek (Foto: Alfan Himli)
Tradisi lepas burung saat Imlek (Foto: Alfan Himli)
Saat Imlek ada sebuah tradisi melepas burung ke angkasa untuk membuang nasib buruk. Tradisi melepas burung juga merupakan simbol cinta kasih untuk menghindari penyiksaan dan pembunuhan terhadap makhluk hidup.

Ada kepercayaan, jumlah burung yang dilepas disesuaikan dengan umur mereka. Misalnya orang tersebut berumur 55 tahun, maka burung yang dilepas sebanyak 55 ekor.

Selengkapnya

2. Mengenal Upacara Sembahyang Imlek

Ilustrasi (Kompas.com/Nur Azizah)
Ilustrasi (Kompas.com/Nur Azizah)
Di Jawa Tengah sebagian masyarakat tionghoa merayakan Imlek dengan melakukan upacara sembahyangan, tapi ditambah unsur Kejawen. Hal tersebut terjadi karena mengalami akulturasi budaya dengan masyarakat Jawa.

Saat sembahyang altar disajikan buah-buahan, manisan dan aneka masakan, tidak lupa tentunya susunan kue keranjang. Ada tiga tujuan dalam upacara sembahyang ini, yakni kepada Tuhan (Thian), Leluhur dan Dewa-dewi.

Selengkapnya

3. Kue Keranjang, Kue Sarat Makna

Kue keranjang (Kompas.com/Raditya Helabumi)
Kue keranjang (Kompas.com/Raditya Helabumi)
Saat perayaan Imlek biasanya tersaji kue keranjang. Menurut Adolf Izaak, kue keranjang dalam bahasa Hokkian disebut Ti Kwe yang artinye kue manis. Makna rasa manis ini diharapkan menghadirkan rasa senang dan gembira.

Saat membagikan kue keranjang kepada yang lain berarti sama saja membagi berkat dan sukacita. Diharapkan kue ranjang menjadi pemberian yang terbaik bagi yang menerima. Ada rasa sukacita, baik yang memberi maupun menerima.

Selengkapnya

4. Kue Ku yang Dijadikan Pelambang Panjang Umur

Kue ku dengan motif tempurung kura-kura (Foto: twgreatdaily.com)
Kue ku dengan motif tempurung kura-kura (Foto: twgreatdaily.com)
Sama seperti kue keranjang, kue ku juga menjadi kudapan wajib saat Imlek. Asal-usul kue berbentuk kura-kura ini berawal dari tradisi sesajian kura-kura hidup dalam sembayang habis panen di pedesaan pada zaman dahulu kala. Tak disangka kebiasaan yang dilaksanakan pada malam bulan purnama dipertengahan musim rontok (Tiong- Chiu) menyebabkan kekurangan kura-kura hidup.

Masyarakat lalu membuat kue kura-kura dari ketan untuk menggantikannya. Kue berbentuk kura-kura ini juga menjadi lambang panjang umur, masyarakat Tionghoa berharap juga memiliki umur yang sepanjang kura-kura yang mampu hidup hingga 100 tahun.

Selengkapnya

5. Angpao, Doa dan Harapan di Balik Amplop Merah

Amplop angpao (Antara Foto/Zabur Karuru)
Amplop angpao (Antara Foto/Zabur Karuru)
Saat Imlek tiba moment bagi-bagi angpao biasanya paling ditunggu. Dalam bahasa Mandarin angpao disebut juga dengan "Hong Bao", hadiah berupa uang yang dimasukkan ke dalam sebuah amplop berwarna merah. Dalam tradisi Tionghoa, warna merah tentunya melambangkan kebahagiaan, keberuntungan dan energi baik.

Meski kadang dinanti karena nominalnya, angpao sesungguhnya merupakan bentuk doa si pemberi kepada penerima agar memperoleh nasib yang baik. Angpao harus diberikan dengan hati tulus dan berapapun yang diterima harus disyukuri sebagai berkat.

Selengkapnya

(Lbt)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun