Di era globaliasi saat ini pertumbuhan industri teknologi dapat dikatakan sedang berkembang pesat. Tak heran, jika banyak perusahaan baru yang mencoba membuka peluang tersebut dikarenakan dapat memberikan keuntungan yang besar. Â
Namun sayangnya jika mengambil sudut pandang dari sisi gender, sejumlah perusahaan di industri teknologi masih banyak mempekerjakan kaum pria daripada wanita. Hal ini didasarkan karena sterotipe yang melekat bahwa perempuan sulit untuk berkompetisi dalam bidang teknologi.
Ada banyak perspektif yang menyebabkan sterotipe itu melekat pada perempuan, salah satunya adalah kurangnya rasa percaya diri. Berdasarkan riset yang dipaparkan melalui acara "Alpha Female: How We Tech Up," dikatakan bahwa di industri teknologi hanya 17 persen perempuan yang berhasil menjadi senior eksekutif dan 36 persen sisanya hanya mampu menduduki posisi karyawan pemula.
Menurut Sonia Baruquin, perempuan butuh kepercayaan diri untuk menjadi lebih proaktif di dunia kerja serta punya contoh atau 'role model' yang sesuai.
Menurut dia, riset mengungkapkan bahwa hanya sedikit perempuan yang mau menegosiasikan gaji mereka atau meminta promosi, meskipun mereka mempunyai kemampuan yang memadai. "Perempuan harus merasa nyaman dengan kemampuan mereka dan berhenti takut untuk meminta lebih," ujar Sonia.
"Mengenai role model, seperti yang kita lihat, tidak banyak perempuan yang menduduki posisi kepemimpian di perusahaan. Meskipun sulit, temukan mentormu, buat kelompok yang bisa saling mendukung, dan cari seseorang yang bisa kamu ajak diskusi untuk perkembanganmu," tambahnya.
Lalu, bagaimana perempuan bisa memimpin di industri yang didominasi laki-laki seperti industri teknologi?
Perempuan tentunya bisa memimpin di dalam industri ini, asal dia memiliki rasa keingintahuan yang kuat, kreatif, peka dan paham teradap segala isu yang sedang terjadi. Â Selain sifat-sifat tersebut, setiap perempuan yang ingin menjadi pemimpin juga harus berani untuk mengambil risiko dan jangan membatasi kemampuan yang dimiliki.
Dayu Dara, selaku SVP GO-JEK serta Head of GO-LIFE mengatakan, untuk memulai sebagai pemimpin, perempuan bisa memulai dari pencitraan diri yang tepat. Pencitraan yang didapat itu bukanlah apa yang kamu katakan kepada orang lain, melainkan citra baik itu adalah apa yang orang lain pikirkan tentangmu saat kamu sudah di ruangan lain. Selain itu, perlu juga untuk menerima kritik sehingga kamu bisa membenahi diri.
Di sisi lain, Alyssa Maharani, sebagai Google Launchpad Accelerator Startup Success Manager, menekankan pentingnya sistem pendukung (support system) bagi perempuan di dunia kerja.
"Selain punya mentor dan 'pelatih', penting juga untuk memiliki sponsor, yakni penggemar beratmu yang mau memberikan pujian bila kamu bekerja baik dan mau memperjuangkan promosimu," jelasnya. "Untuk mendapatkan 'sponsor' tersebut, kamu harus bekerja baik dengan manager-mu, saling membangun kepercayaan, sehingga mereka bisa dan mau mendorong kamu lebih jauh. Hubungan di dunia kerja cenderung lebih berdasarkan data dan kemampuan, sehingga lebih mudah untuk menemukan 'sponsor' melalui hubungan kerja yang baik."