Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kompasianer Ini Ungkap Policresulen Tidak Disarankan sebagai Obat Sariawan

16 Februari 2018   05:05 Diperbarui: 16 Februari 2018   10:25 1510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi penelitian (Foto: Pexels)

Artikel di Kompasiana perihal penggunaan kandungan policresulen sebagai obat sariawan viral di media sosial. Artikel yang dimaksud berjudul "Dok, Sariawan Saya Tidak Sembuh-sembuh", yang ditulis oleh seorang dokter gigi, drg Widya Apsari, SpPM. Dalam artikel tersebut ia menjelaskan bahwa kandungan tersebut belum terbukti ilmiah sebagai obat sariawan.

Menurut Widya, berdasarkan jurnal European Review for Medical and Pharmacological Sciences, policresulen adalah suatu polymolecular organic acid, yang memiliki efek hemostatik atau menghentikan pendarahan, membentuk jaringan nekrotik (jaringan yang mati) dan merangsang pembentukan jaringan baru.

Ia juga menambahkan informasi dari www.whocc.no, yang menjelaskan bahwa kandungan ini juga memiliki bersifat antiseptik dan antiinfeksi pada genito urinary system atau urogenital atau uri = saluran kemih dan genital = kelamin.

Dalam artikel penulis memang tidak menyebutkan merek obat yang mengandung policresulen. Namun, seperti dikutip dari kompas.com, obat ini diperkirakan terdapat dalam produk Albothyl. Dalam beberapa iklannya, obat ini mengklaim dapat menyembuhkan sariawan. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kemudian mengeluarkan surat edaran yang menyatakan bahwa penggunaan policresulen sebagai obat sariawan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah.

Awal mula penulis menemukan kejanggalan policresulen sebagai obat sariawan, ketika ia menerima keluhan pasien. Saat itu pasien menjelaskan bahwa sariawan yang ia derita tidak kunjung sembuh ketika diberi obat sariawan yang mengandung policresulen.

Penasaran, ia kemudian mencoba untuk menjelajah jurnal uji praklinik dan uji klinik penggunaan policresulen sebagai obat sariawan. Namun ia tidak menemukan jawaban ilmiah bahwa kandungan tersebut dapat digunakan sebagai obat.

Masih dalam tulisannya, ia kemudian menyimpulkan dari berbagai jurnal yang membahas mengenai mekanisme policresulen saat diberikan pada luka pada rongga mulut (sariawan). Efek yang ditimbulkan policresulen pada sariawan terjadi vasokonstriksi atau penyempitan pembuluh darah perifer (tepi) pada daerah sariawan. Hal ini menyebabkan suplai darah pada daerah sariawan terhenti yang menyebabkan jaringan sariawan menjadi mati.

"Hal ini menjelaskan mengapa rasa perih pada sariawan sesaat hilang setelah diberikan policresulen baik secara ditotol maupun dikumur, yaitu karena jaringan sariawan menjadi mati," ungkap Widya seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (15/02/2018).

Setelah itu penderita tidak lagi merasakan sakit karena terjadi pengelupasan. Jaringan yang mati akhirnya tergantikan dengan jaringan baru dan sehat. Meski begitu tidak semua penderita sariawan dapat lekas sembuh setelah diberi obat tersebut. 

Widya menambahkan ada beberapa faktor, misalnya seperti sariawan yang terlalu besar, sariawan terlalu banyak diberi policresulen, infeksi jamur, dan yang lainnya. Namun, seperti dikutip dari Kompas.com, Widya kembali menekankan bahwa lebih banyak kerugian dari penggunaan policresulen dibanding manfaatnya.

Saat ini obat yang mengandung policresulen, Albothyl, telah dibekukan izin edarnya oleh BPOM RI hingga hingga perbaikan indikasi yang diajukan disetujui. Masyarakat dihimbau menggunakan obat pilihan lain untuk mengatasi sariawan, seperti obat yang mengandung benzydamine HCl, povidone iodine 1%, atau kombinasi dequalinium chloride dan vitamin C. Bila sakit berlanjut, masyarakat agar berkonsultasi dengan dokter atau apoteker di sarana pelayanan kesehatan terdekat.

(LBT)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun