Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Dari Keengganan Bung Hatta Dimakamkan di Kalibata hingga Inovasi Israel

28 Desember 2017   22:02 Diperbarui: 1 Januari 2018   14:36 1779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bung Hatta adalah seorang pahlawan bangsa, ia juga seorang pemikir, dan penulis aktif selama hidupnya. Dengan dedikasinya tersebut, ia menolak untuk dikebumikan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata. Setidaknya ada dua alasan yang mengiringi keputusan ini.

Selain ulasan soal Bung Hatta, Artikel pilihan Kompasiana hari ini akan mengangkat soal pasir yang pada tahun-tahun mendatang bisa memiliki harga melebihi emas mengingat ketergantungan manusia akan kegunaannya. Setelah itu, ada rahasia yang mengiringi keberhasilan negara Israel dalam "menginvasi" dunia.

Dua artikel terakhir akan membahas soal rentetan hasil buruk yang didapat Manchester United dan pentingnya pandan wangi bagi masyarakat Hindu di Bali. Berikut, 5 artikel pilihan Kompasiana.

1. Mengapa Bung Hatta Tidak Mau Dimakamkan di Kalibata?

Foto: Kompas.com
Foto: Kompas.com
Siapa yang tak kenal dengan Mohhhamad Hatta, sosok pahlawan, pemikir, dan pejuang kemerdekaan ini adalah pria yang memiliki jasa besar bagi berdirinya Bangsa Indonesia. Sudah sepantasnya jenazahnya disemayamkan di pusara bagi para pahlawan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata.

Namun ia menolak pilihan tersebut dan memilih dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir. Putri mendiang Bung Hatta, Meutia Hatta, mengatakan bahwa Bung Hatta mengangap dirinya sebagai rakyat biasa serta menganggap ada seseorang yang tak pantas dimakamkan di pusara para pahlawan tersebut.

Dari pernyataan terakhir tersebut, Bung Hatta seakan memberi pesan pada kita bahwa tak semua orang dapat dimakamkan di TMP Kalibata sekaligus diberi penghormatan tiap tahunnya ketika Indonesia merayakan hari kemerdekaannya. Bagaimana cerita selengkapnya? Simak ulasan lengkapnya pada tautan di bawah ini.

Selengkapnya.

2. Emas Masa Depan Itu Bernama Pasir

Sejumlah alat berat (back hoe) penambang pasir di lereng gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang Jawa Tengah.(KOMPAS.com/Ika Fitriana)
Sejumlah alat berat (back hoe) penambang pasir di lereng gunung Merapi di wilayah Kabupaten Magelang Jawa Tengah.(KOMPAS.com/Ika Fitriana)
Kebutuhan manusia akan pasir tiap tahun semakin meningkat, hal ini sejalan dengan pertumbuhan penduduk bumi yang tidak bisa dibendung. Pemerintah Singapura adalah contoh nyata tentang kebutuhan pasir karena pertumbuhan penduduknya amat pesat. Karena sempitnya wilayah, mereka membuat kebijakan untuk membuat pulau reklamasi.

Makin banyak pasir yang ditambang mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Lanskap di satu wilayah akan berubah seiring waktu hingga merusak kualitas ekosistem. Kerusakan tersebut berdampak pula pada pupulasi flora dan fauna di wilayah penambangan pasir.

Pasir mirip dengan udara karena jumlahnya amat banyak di bumi, tapi kita juga tak bisa hidup tanpanya. Karena pasir dan udara bukan dua hal yang dapat diperbarui sehingga suatu saat bisa lenyap dari muka bumi.

Selengkapnya.

3. Inovasi Bangsa Israel dan Harapan Jokowi untuk Indonesia

Foto: Twitter/@netanyahu
Foto: Twitter/@netanyahu
Israel adalah negara dengan wilayah yang sempit bila dibandingkan dengan negara Timur Tengah di sekitarnya. Penduduk negara Israel juga sedikit, bahkan hanya memiliki sedikit cadangan sumber daya alam.

Nyatanya negara ini memiliki sebuah kelebihan yang tidak dimiliki negara lain, yakni inovasi. Melalui inovasi, Israel menjelma jadi negara kuat. Mereka berhasil mengembangkan produksi pertanian berlipat ganda serta membangun aplikasi-aplikasi yang mendunia macam waze.

Kunci keberhasilan mereka adalah pola pendidikan serta regulasi yang memudahkan para investor menanamkan modalnya. Kini, dua hal tersebut merupakan fokus utama Presiden Jokowi untuk mengembangkan SDM dalam negeri.

Selengkapnya.

4. Natal Kelabu bagi Manchester United

Foto: Skysports.com
Foto: Skysports.com
Natal seharusnya menjadi waktu paling tepat untuk bersenang-senang, tapi tidak bagi Manchester United. Klub asal Kota Manchester ini terseok-seok dalam tiga laga dengan raihan dua kali imbang dan satu kali kalah.

Pada tiga laga beruntun tersebut, gawang MU selalu kebobolan dua angka. Data tersebut menggambarkan bahwa ada yang salah dari lini belakang Setan Merah. Lini tengah mereka juga tak sekreatif biasa, lini depan juga menjadi cibiran berkat inkonsistensi ujung tombak anak asuh Jose Mourinho dalam menceploskan si kulit bundar.

Kekalahan ini harusnya menjadi cambuk bagi Mou untuk fokus pada kondisi timnya, bukan mengkritik kinerja wasit atau menyalahkan tim lawan. Momen buruk MU di akhir tahun ini berbanding terbalik jika mengingat masa kejayaan mereka ketika diasuh oleh Opa Fergie.

Selengkapnya.

5. Pandan Harum, Tak Hanya Indah tapi Juga Menghasilkan

Dokumentasi Wayan Budiartha
Dokumentasi Wayan Budiartha
Canang sari merupakan persembahan yang wajib diberikan oleh umat Hindu yang mayoritasnya terdapat di Bali. Setidaknya 20 canang sari harus diberikan tiap harinya, dan jumlahnya akan meningkat ketika perayaan hari-hari besar.

Canang sari tak lengkap jika tidak ada kembang rampe yang berbahan dasar pandan harum. Kebutuhan warga inilah yang coba dimaksimalkan oleh petani asal Tabanan, Ketut Purya. Tiap perayaan besar datang, ia mengaku kewalahan untuk menerima pesanan.

Dalam sebulan, Purya bisa empat kali panen dengan harga Rp 7000 per Kg. Pandan harum juga tidak perlu mendapat perhatian khusus, cukup beri pupuk urea setahun sekali.

Selengkapnya.

(LUK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun