Makna filosofi dari nikah atau "zauj" tidak sesederhana yang dibayangkan oleh pemilik situs nikahsirridotcom yang dengan tagline-nya menyebut, "mengubah zinah menjadi ibadah", ini bahkan lebih menyesatkan dari sekadar pemaknaan nikah sirri tersebut. Nikah seolah-olah hanya persoalan pelampiasan seks yang tak terkendalikan, sehingga ada semacam ajakan lebih baik nikah sembunyi-sembunyi daripada zina terang-terangan.
Namun ada satu hal yang menarik. Jika kita melihat dari perspektif teknologi informasi dan digital marketing, apa yang dilakukan situs nikahsirri.com ini adalah hal biasa. Ini bisa dibilang sebagai sebuah layanan jasa perantara dalam sebuah ekonomi modern. Tapi sayangnya menurut Kompasianer Wawan Kuswandoro cara pandang modernis seperti ini seringkali bertabrakan dengan nilai-nilai sosial yang dianut masyarakat. Di sinilah pengetahuan tentang ilmu sosial seharusnya mendapat porsi besar, sehingga inovasi seperti ini tidak "mendahului zamannya" dan menjadi blunder bagi sang inovator.
Wawan menambahkan bahwa pemilik situs nikahsirri.com sebagai pencetus konsep "digital marketing berkonten aktivitas kultural keagamaan" atau "aktivitas kultural keagamaan yang disajikan secara digital marketing", rupanya menganut pemikiran yang mendasarkan aktivitas sosial (termasuk pernikahan) sebagai aktivitas berlatar ekonomi, sebuah pandangan yang berbau Marxis dan terasa agak "kasar" walau tak sepenuhnya keliru.
Pengorganisasian aktivitas sosial kultural bernilai keagamaan semacam yang dilakukan situs nikahsirri.com ini memang sensitif dan rentan karena akan mudah dituding sebagai praktik human trafficking atau women trafficking bahkan hingga dicap sebagai praktik prostitusi terselubung. Tapi semua itu kembali pada persepsi masing-masing individu yang melihatnya dari sudut pandang mana. Apakah dari ekonomi, atau dari norma kesusilaan. Karena kedua entitas ini tidak bisa saling ditabrakkan, dua entitas ini harus berjalan seiringan yakni menjalankan ekonomi yang berdampingan dengan norma kesusilaan.
(yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H