Kata bully semakin sering muncul di lini masa berkat beredarnya banyak video tentang aksi tersebut. Banyak media arus utama yang mempublikasikan peristiwa tersebut dan mengganti kata bully menjadi perundungan. Tepatkah padanan tersebut digunakan?
Selain padanan baru, artikel pilihan Kompasiana kali ini akan membahas tiga pendaki yang akan melakukan pendakian sekaligus menetap di Gunung Merbabu selama 100 hari guna memperbaiki ekosistem di sana.
Tiga artikel lainnya yang masuk dalam lima artikel pilihan, membahas tentang kesalahan Luis Milla dalam laga Timnas U-22, esensi pendidikan yang disalah artikan, dan eratnya persaudaraan pengendara Vespa. Berikut lima artikel pilihan Kompasiana hari ini.
1. "Perundungan" sebagai Padanan Kata "Bully", Tepatkah?
Perundungan diambil dari kata rundung yang berarti susah atau sulit. Imbuhan pe dan an membuatnya menjadi nomina komplit. Sehingga perundungan berarti penimpaan, penyusahan, dan pengusikan.
Setelah melihat makna kata perundungan, pertanyaan lainnya adalah apakah kata tersebut cukup keren untuk menggantikan kata bully? Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
2. Tiga Pendaki Akan Hidup 100 Hari di Gunung Merbabu
Uniknya aksi yang dilakukan oleh ketiga pendaki ini tidak melibatkan suponsor. Untuk itu mereka mengharapkan uluran tangan para pendaki lain untuk mendukung aksi mulia tersebut. Ketiganya mengaku siap untuk melakukan pendakian dan merestorasi wilayah Kentheng Songo, padahal akhir-akhir ini cuaca di Gunung Merbabu sering diguyur hujan.
3. Timnas Diganyang Malaysia 3-0, Pelajaran Mahal untuk Luis Milla
Pada pertangdingan tersebut dua pemain muda andalan Indonesia, Evan Dimas dan Hansamu Yama tidak diturunkan dalam babak pertama. Terbukti, gawang Indonesia di bobol tiga kali oleh Harimau Malaya.
Melihat hasil negatif tersebut, akhirnya Milla menurunkan keduanya di babak kedua. Keputusan ini terbilang berhasil karena permainan Garuda lebih rapih. Ternyata pelatih asal Spanyol ini lupa bahwa skill saja tidak cukup untuk melakoni pertandingan pertama di satu ajang bergengsi. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
4. Sekolah Tak Mesti Tinggi, Tak Mesti ke Luar Negeri
Setiap anak memiliki pikirannya sendiri dan cita-cita yang berbeda satu dengan lainnya, untuk itu tidak baik memaksa buah hati mengikuti apa yang orangtua inginkan. Esensi pendidikan bukan diukur dari rentetan gelar, tapi apa yang anak Anda perbuat untuk masa depannya.
Orangtua kerap membandingkan anaknya dengan orang lain, tapi objek perbandingannya adalah kampus tempat ia menimba ilmu. Seharusnya, perbandingan yang baik adalah proses menggapai gelar tersebut karena proses tidak pernah menghianati hasil. Simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
5. Vespa Ajarkan Kami Arti Sebuah Persaudaraan
Solidaritas sesama pengendara motor keluaran Italia ini juga terlihat ketika berpapasan di jalanan. Mereka akan saling menegur dengan membunyikan klakson, melempar senyum, atau salaing menganggukan kepala.
Bagaimana kisah lengkapnya? Silahkan buka tautan di bawah ini.
(LUK/yud)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H