Surabaya - Memiliki perencanaan keuangan yang baik sangat dianjurkan bagi generasi muda. Tentu saja selain untuk mendapat penghasilan, pengelolaan keuangan ini juga berguna untuk mempersiapkan hari tua. Lantas bagi generasi muda yang memiliki kemampuan finansial lebih, apakah sebaiknya berinvestasi atau berbisnis?
Pertanyaan ini terjawab saat AXA Financial Indonesia dan Kompasiana menggelar acara Nangkring bersama AXA Financial Indonesia di Ballroom JW Marriot Hotel Surabaya pada 14 Juli lalu.
Menurut Henra Sensei praktisi keuangan yang diwawancarai tim Kompasiana Ichsan Kamil, generasi muda yang memiliki kemampuan finansial lebih sebaiknya mempertimbangkan melakukan investasi dari pada berbisnis.
Meski secara garis besar tujuan keduanya sama, yakni menghasilkan uang dari keuntungan, sistem kerja dan risiko yang ditawarkan dari investasi dan bisnis ini berbeda.
"Investasi dan bisnis adalah media untuk menghasilkan uang. Sama seperti kerja. Jadi dia dapet gaji, harus investasi dulu apa bisnis? Saran saya investasi," kata Henra.
Mengapa? Alasannya ada pada risiko yang ditawarkan. Investasi memiliki pola keuntungan yang naik dan turun. Misalnya investasi emas. Harganya fluktuatif bisa tinggi dan bisa juga rendah. Sedangkan bisnis risiko yang ditawarkan adalah untung atau "buntung". Ketika salah mengambil keputusan maka risiko kerugian jadi lebih besar.
"Kalau investasi, ketika dia eksekusi ketika turun, ya dia rugi. Tapi kalo bisa menahan diri dan eksekusi ketika naik, ya dia untung.
Atas dasar risiko inilah maka generasi muda yang ingin mendapatkan penghasilan lebih, disarankan untuk segera melakukan investasi. Tapi dengan catatan investasi tersebut tidak bodong atau tidak jelas.
"Kalau investasi yang bijaksana, maka itu hanya turun, bukan rugi seperti bisnis," ujar Henra.
Memang, generasi muda pun tidak bisa mengesampingkan jaminan hari tua. Mereka harus sudah memikirkannya sejak sekarang. Jaminan ini tentu saja jadi bagian penting dalam kehidupan. Perihal investasi ini, Henra Sensei pun punya trik khusus agar para pekerja milenial bisa mengatur pengeluaran setiap bulan beserta investasinya. Menurutnya, investasi untuk hari tua pun rasionya sama dengan asuransi, yakni minimal 10 persen dari pendapatan.
"Persiapkan hari tua. Bagaimana? Yaitu dengan investasi. Minimal 10 persen dari income. Sisanya (uang yang dimiliki) boleh dihabiskan," kata Henra.
Secara keseluruhan, perencanaan pengelolaan uang ini terbagi dalam beberapa level. Level pertama adalah pengelolaan pengeluaran wajib setiap bulannya. Yaitu pengeluaran pajak, sedekah sebesar 2,5 persen, serta pengeluaran dana darurat. Pada level kedua, pekerja harus menentukan rasio utang. Rasio utang yang ideal adalah maksimal 30 persen dari pendapatan.Â
Rasio utang 30 persen ini pun kembali dibagi menjadi dua yakni utang konsumtif maksimal 10 persen dan sisanya adalah utang produktif. Utang konsumtif adalah utang yang bisa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan atau gaya hidup. Sedangkan utang produktif adalah utang yang digunakan untuk mendapatkan sebuah aset. Salah satunya adalah untuk investasi ini.Â
Perkembangan hidup yang dinamis memerlukan perencanaan yang matang untuk mengantisipasi segala ketidakpastian di masa depan. Atas dasar itulah, AXA Financial mengembangkan Maestro Infinite Protection (MIP) sebagai bentuk kepedulian perusahaan dalam membantu masyarakat untuk melindungi diri dari keadaan yang tak terduga.
Kompasiana Nangkring bersama AXA Financial Indonesia ini direncanakan berlangsung di 4 Kota. Setelah Jakarta dan Surabaya, kegiatan serupa akan diadakan di Yogyakarta dan Makassar.
(KML/yud)