Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berbagi Renungan Ramadan bersama Kompasianer

23 Juni 2017   10:45 Diperbarui: 24 Juni 2017   12:03 549
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesama umat Muslim tentu kita diwajibkan untuk saling mengingatkan kepada kebaikan. Jangan sampai puasa kita di bulan Ramadan ini hanya untuk menahan lapar dan haus saja. Beberapa Kompasianer mengajak kita semua membuka hati, merenung dan introspeksi diri di bulan yang penuh berkah ini, agar kita bisa menjadi orang yang lebih baik dan bertakwa kepada Allah SWT.

Berpuasalah seperti ulat

Ilustrasi: howgodprovidescom
Ilustrasi: howgodprovidescom
Kompasianer Darul Azis berbagi anjuran dari apa yang ia dapat dari sebuah ceramah: "berpuasalah seperti ulat, jangan seperti ular". Ulat akan mengubah dirinya secara total sedangkan ular hanya berganti kulit saja. Setelah bulan Ramadan berlalu, kita harus menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Selain itu, jangan sampai hikmah bulan Ramadan tidak bisa kita ambil sebanyak-banyaknya dan justru hanya sekadar "numpang lewat". Petuah ini diilhami dari kisah Raja Iskandar Zulkarnain dan pasukannya dari buku "Tasawuf Modern" karya Prof. Hamka.

“Malu” kepada bulan Ramadan

Ilustrasi: Pixabay.com
Ilustrasi: Pixabay.com
Iskandarjet mencoba merenungkan betapa malunya kita sebagai muslim yang masih disibukkan dengan urusan duniawi di bulan Ramadan yang merupakan bulan penuh rahmat, berkah dan ampuan. Kita sepatutnya malu kepada Allah, prestasi yang kita raih setiap bulan Ramadan hanya segini saja tanpa peningkatan. Hari-hari petama Ramadan diawali dengan giatnya beribadah; salat sunnah dan salat duha, tadarus Al Qur’an, dan lain-lain. Jelang akhir Ramadan, kita mulai terbuai dengan urusan dunia.

Jangan sampai selepas Ramadan, kita kembali jadi manusia dengan keburukannya seperti biasa. Kita seharusnya malu bertemu Ramadan dan merenungkan hal ini. Kita juga harus bertekad, jika ujian (Ramadan) itu datang lagi, kita harus lebih meningkatkan ketakwaan dengan lebih rajin mendekatkan diri kepada Allah SWT.  

Ramadan sebagai momen introspeksi diri

Foto: Kompas.com
Foto: Kompas.com
Menjalankan ibadah puasa jangan sampai hanya mendapatkan lapar dan hausnya saja. Berpuasa harus benar-benar dijalankan dengan penuh keimanan.

Kompasianer Misbahul Ulum mengajak Kompasianer untuk introspeksi diri di bulan suci Ramadan ini. Bukan hanya sekadar Introspeksi dengan mengingat dan merenungkan kesalahan yang telah kita perbuat pada masa lalu semata, dan kemudian bertobat. Akan tetapi lebih dari itu, introspeksi menuntut sikap yang arif dan bijaksana.

Raihlah keberkahan di bulan Ramadan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun