Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Perusahaan E-Commerce dan Tantangannya di Pasar Indonesia

23 Mei 2017   16:11 Diperbarui: 23 Mei 2017   19:21 9528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan bisnis online memang sangat pesat saat ini. Internet yang sudah dapat diakses hampir seluruh orang di dunia hingga ke pelosok ini telah memudahkan kita untuk mencari informasi sampai sedetil-detilnya.

Namun seiring dengan berjalannya waktu, mengakses internet kini tidak berhenti sampai sekadar “mencari informasi”, tetapi sudah berkembang menjadi layanan services. Contohnya seperti yang sudah dilakukan oleh Go-jek dengan layanan membelikan makanan untuk customer (Go-food).

Dengan bantuan teknologi, aktivitas sehari-hari pun semakin mudah, termasuk berbelanja. Saat ini ada ratusan perusahaan rintisan berbasis belanja online yang menyediakan jasa dengan berbagai promosi. Pengguna internet tinggal memilih jasa layanan belanja online mana yang ingin ia gunakan, tentu berdasarkan atribusi yang diberikan perusahaan e-commerce tersebut seperti persaingan harga, layanan, keamanan, dll.

Semakin besar ekosistem e-commerce di Indonesia, penggunanya pun semakin luas dan loyal. Selayaknya peribahasa "semakin tinggi pohon, maka semakin kencang angin yang menerpa" ini juga berlaku bagi para pelaku bisnis e-commerce. Beragam tantangan harus dihadapi demi menjaga kestabilan perusahaan yang bermuara dari kepuasan konsumen.

Tantangan e-commerce Indonesia

Untuk mencapai cita-cita yang diharapkan, tentu ada tantangan untuk pelaku e-commerce di Indonesia. Menurut Ketua Umum Indonesia E-Commerce Association (idEA), Aulia E. Marinto, dalam penyelenggaraan Indonesia E-Commerce Summit & Expo (IESE) 2017, menyatakan bahwa beberapa tantangan utama e-commerce antara lain adalah keamanan transaksi online, logistik, dan lain-lain. Namun, tantangan mendasar yang harus dihadapi adalah diperlukannya sinkronisasi effort yang harus diupayakan seluruh industri dan para pelaku e-commerce agar tercapai hasil yang maksimal.

Aulia juga optimistis dengan melihat prospek dan kesempatan yang sangat besar ini, tidak mustahil Indonesia nantinya akan menjadi the next Cina atau India dalam dunia e-commerce.

Namun di balik beberapa rencana hebat yang digaungkan oleh e-commerce di Indonesia, tentu beberapa di antaranya telah menemukan hambatan. Masalah yang sering terjadi adalah jebolnya sistem keamanan untuk transaksi online.

Beberapa contoh mengenai bobolnya sistem keamanan e-commerce adalah yang terjadi pada Lazada pada tahun 2016 kemarin. Diberitakan sebelumnya bahwa seorang pemuda bernama Tri Kurniawan Darmoko mengaku telah rugi jutaan rupiah oleh transaksi yang dilakukan orang yang tidak bertanggung jawab.

Menurut Tri, ia sudah setahunan mengaku tidak pernah berbelanja di Lazada. Namun, tiba-tiba saja akunnya dipakai untuk bertransaksi dan alamat emailnya sudah berubah.

Setelah ada kejadian ini, Lazada mengonfirmasi bahwa ia telah memperkuat keamanan dengan menggunakan fitur verifikasi 3DS untuk semua pemesanan yang memakai kartu kredit. Fitur ini memungkinkan verifikasi dua tahap untuk semua order. Apabila aku seseorang telah diambil alih, pelaku tidak bisa melanjutkan pemesanan.

Selain itu, kasus serupa juga kerap terjadi pada e-commerce Tokopedia dan Bukalapak pada Juli 2016. Disebutkan bahwa seseorang bernama Herdian Nugraha berhasil membobol keamanan situs e-commerce Bukalapak, Tokopedia, dan Sribu.

Namun menurutnya, pembobolan ini bukan bertujuan untuk merusak. Setelah berhasil menjajal membobolnya dan menemukan celah, ia hanya mendokumentasikan berbagai hal terkait kelemahan itu.

Herdian menemukan celah keamanan pada fitur upload yang terkait dengan pemrosesan gambar bernama ImageMagick. Ini memungkinkan seseorang mendapat akses penuh ke server, sehingga informasi akun dan password pengguna dapat terlihat.

Kemudian Herdian menyerahkan hasil temuannya ini pada Tokopedia, Bukalapak, dan Sribu. Berdasarkan informasi ini, ketiga situs ini langsung menutup celah keamanan yang dilaporkan Herdian.

Masalah seperti sistem keamanan seperti ini memang tidak boleh diabaikan. E-commerce di Indonesia harus terus memperbaharui dan meningkatkan sistem keamanan yang sudah ada. Hal paling dasar seperti memperkuat sistem keamanan inilah yang harus dibangun di awal untuk menimbulkan trust bagi para konsumen.

Melihat permasalahan pada sistem keamanan seperti ini, Menkominfo Rudiantara dalam IESE menyampaikan hal yang perlu dilakukan adalah sosialisasi edukasi cyber security untuk masyarakat umum. Ia mengambil contoh dengan kasus, “Kapan terakhir kita mengganti password email?”. Ternyata ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan pemerintah secara terus menerus untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan cyber securityuntuk menghindari jebolnya sistem keamanan pada akun milik kita.

Optimisme perkembangan e-commerce di Indonesia

Aulia menyatakan bahwa tahun 2016 merupakan momen penting antara pelaku e-commerce tanah air dan Asia Tenggara. Dengan jumlah penduduk lebih dari 600 juta dan sedang giat-giatnya melakukan pembangunan infrastruktur, sektor e-commerce di Asia Tenggara tumbuh sangat pesat, terutama di Indonesia.

Rudiantara turut menyampaikan bahwa kegiatan perdagangan digital merupakan kekuatan ekonomi baru yang akan menempatkan Indonesia sebagai yang terdepan di kawasan regional. Melalui acara seperti IESE ini diharapkan dapat menindaklanjuti program pemerintah untuk memaksimalkan teknologi digital untuk UMKM, dan mendukung Keminfo untuk mencapai 1000 technopreneur pada tahun 2020.

Saat ini perkembangan e-commerce dan digital economy memang sedang digiatkan di Indonesia. Hal-hal inovatif semakin banyak dilakukan para pegiat e-commerce dan UMKM. Melihat dari beberapa e-commerce besar di Indonesia seperti Go-jek dan Tokopedia, terbukti ini sudah membuka banyak lapangan kerja untuk siapa saja, mulai dari para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai toko merchant sampai driver-driver Go-jek.

Rudiantara memberikan contoh bahwa Go-jek saat ini sudah bukan lagi sekadar ojek, tetapi sudah menjadi lifestyle. Go-jek juga sudah menerapkan payment system dengan Go-pay yang sangat memudahkan pembayaran. Dengan bekerja sama dengan perbankan, sistem seperti inilah yang ingin terus dilanjutkan untuk kemajuan ekonomi digital di Indonesia.

(FIA/yud)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun