Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Calon Pegawai Baru PLN Harus Siap Dihujat?

6 April 2017   21:34 Diperbarui: 11 April 2017   03:00 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang membuka rekrutmen pegawai besar-besaran. Namun, di balik ini sesungguhnya ada satu hal yang harus disiapkan oleh pegawai baru, yakni kesiapan mental untuk dihujat.

Selain artikel mengenai penerimaan pegawai PLN ini, terdapat pula mengenai film Kartini garapan Hanung Bramantyo, dan kontroversi Ujian Nasional Berbasis Komputer yang akan dilaksanakan sebentar lagi. Berikut lima artikel headline Kompasiana.

1. PLN Terima 6.056 Pegawai Baru, Syarat Utama Harus Siap Dihujat?

PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sedang membuka rekrutmen pegawai besar-besaran sebanyak 6.056 sepanjang 2017 ini. Menurut Kompasianer Endro S. Efendi, pelamar yang berminat haruslah mempersiapkan mental untuk dihujat. Mengapa?

Endro berpendapat bahwa bekerja di PLN, ketika tidak pernah padam, warga tenang-tenang saja. Tetapi begitu listrik padam sebentar saja, barulah warga ngomel-ngomel sampai mengeluarkan sumpah serapah.

Apabila pegawai PLN bekerja di tempat yang jarang mengalami pemadaman listrik, tentu tidak akan merasakan dampaknya. Namun, untuk yang ditempatkan di wilayah yang kerap terjadi pemadaman seperti daerah Tarakan, Kalimantan Utara, tentu pegawainya sudah kenyang akan hujatan tersebut. Maka dari itu, para pegawai baru rasanya perlu membentengi diri dengan teknik pengendalian diri yang efektif agar "kebal" terhadap hujatan tersebut.

Baca kisah nyata seorang pegawai PLN yang terkena dampak hujatan tersebut di tautan berikut ini.

2. Interpretasi Kartini ala Hanung Bramantyo

Dian Sastro, Adinia Wirasti, Acha Septriasa dan Ayushita saat mendalami peran untuk film Kartini: sampai belajar jalan ngesot a la Jawa. (foto: dok. brilio.net)
Dian Sastro, Adinia Wirasti, Acha Septriasa dan Ayushita saat mendalami peran untuk film Kartini: sampai belajar jalan ngesot a la Jawa. (foto: dok. brilio.net)
Film Kartini garapan Hanung Bramantyo akan tayang di bulan April 2017 ini. Memiliki kesempatan untuk mendatangi premiernya, Kompasianer Dina Mardiana menyaksikan langsung film Kartini dengan para pemainnya yang ber-dresscode batik dan kebaya.

Mengenai filmnya, Kartini garapan Hanung Bramantyo ini digambarkan sebagai sosok yang penuh semangat, daya imajinasi tinggi, agak bandel, dan lincah. Selain itu, layaknya tipe film lain karya Hanung, film ini agak dramatis dan mengharu biru seperti sinetron.

Baca keseruan film Kartini yang lain melalui artikel pada tautan berikut ini.

3. Berharap Ujian Nasional Berbasis Komputer akan Minimalisasi Kecurangan

Saat Simulasi UNBK, Keseriusan dan Bimbingan Guru TIK Sangat Dibutuhkan Siswa Dalam Mengoperasikan Komputer. Sumber: Dokumen Agus Oloan
Saat Simulasi UNBK, Keseriusan dan Bimbingan Guru TIK Sangat Dibutuhkan Siswa Dalam Mengoperasikan Komputer. Sumber: Dokumen Agus Oloan
Ujian Nasional akan dilaksanakan sebentar lagi. Dalam dua tahun terakhir, UN ini mengalami perubahan yang cukup signifikan karena perlahan-lahan mulai memanfaatkan teknologi berbasis komputer seluruhnya.

UN selama ini kita kenal dengan memakai kertas telah menjadi sorotan besar-besaran, dari maraknya kecurangan akan kebocoran soal sampai biaya pencetakan yang memakan waktu dan biaya tidak sedikit.

Peningkatan jumlah sekolah yang menerapkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di tahun 2017 ini melonjak tajam dari tahun 2016. Mendikbud, Muhadjir Effendy berpendapat bahwa UNBK ini dipakai untuk meningkatkan efisiensi, mutu, reliabilitas, integritas, dan kehematan pelaksanaan ujian nasional.

Namun, apakah benar UNBK bisa menghilangkan kecurangan atau bocornya soal tersebut? Simak ulasan lengkap Agus Oloan di sini.

4. Tradisi Ceng Beng di Indonesia, Dewasa Ini

Jembatan Siti Nurbaya yang menghubungkan daratan kota Padang dengan Bukit Sentiong (tjiptadinata effendi)
Jembatan Siti Nurbaya yang menghubungkan daratan kota Padang dengan Bukit Sentiong (tjiptadinata effendi)
Ceng Beng yang ditulis Qing Ming yang sudah menjadi budaya ini ternyata sudah mendarah daging dalam diri orang Tionghoa perantauan, termasuk di Indonesia. Berasal dari Tionghoa, tradisi ziarah ke makam leluhur ini memiliki beberapa tahapan untuk menghormati para leluhurnya.

Menurut Kompasianer TJIPTADINATA EFFENDI, tahapan pertama yang dilakukan adalah mengecat ulang tulisan yang ada pada batu nisan dan membersihkan makan leluhur agar tetap rapi dan terawat.

Beragam versi banyak dilakukan dalam tradisi Ceng Beng ini. Tetapi, pada akhirnya tujuan tradisi ini bertujuan sama yakni menghormati para leluhur yang walaupun secara fisik tidak ada tetapi dalam hati anak cucu mereka selalu hidup. Selengkapnya.

5. Menahan Rindu Boleh, tapi Menahan Ini Sebaiknya Jangan

ilustrasi: cloverjelly.com
ilustrasi: cloverjelly.com
Sakit pencernaan memang sakit yang paling tidak nyaman. Salah satunya yang diambil contoh oleh Kompasianer Listhia H Rahman adalah konstipasi atau sembelit. Penyakit sulit buang air besar ini membuat susah, rasa tidak nyaman, dan perut begah karena tidak lancar.

Selain kurang serat dan cairan tubuh, penyebab konstipasi yang alin adalah gangguan makan, perubahan diet, stress, sampai pada kondisi medis tertentu (kanker usus besar dan penggunaan obat).

Konstipasi dapat dicegah dengan memakan makanan yang kaya akan serat seperti gandum utuh, sayur, dan buah-buahan. Namun, jangan langsung meningkatkan serat secara drastis karena bisa-bisa membuat perut kembung sampai menimbulkan kram.

Cara lain untuk mencegah konstipasi bisa di baca pada tautan berikut ini.

(FIA)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun